Asuhan kebidanan
merupakan asuhan menyeluruh yang didasarkan pada pemahaman sosial, pengalaman
budaya, emosional, spiritual, psikologis, dan fisik perempuan berdasarkan bukti
terbaik yang pernah tersedia (Evidence
Based). Dalam memberikan asuhannya, seorang Bidan harus memperhatikan
beberapa prinsip filosofi asuhan kebidanan yaitu asuhan berkelanjutan (Continuity Of Care) dari sebelum
kehamilan hingga usai masa nifas dan menyeluruh (holistic) baik secara fisik,
sosial maupun mental (Husin, 2014).
Asuhan kebidanan
berkelanjutan (Continuity Of Care)
merupakan asuhan yang diberikan ketika terjalin hubungan yang terus menerus
antara seorang wanita dengan seorang Bidan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
continuity of care adalah asuhan atau pelayanan kebidanan yang diberikan kepada
ibu secara berkesinambungan mulai dari pra konsepsi, periode antepartum,
intrapartum, hingga post partum dengan tujuan untuk memberikan asuhan yang
maksimal dan mendeteksi dini adanya komplikasi. Peran Bidan disini sangat
berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi maupun keluarga yang ada
di masyakarat serta menurukan angka kematian maternal dan neonatal.
Jumlah Angka Kematian
Ibu (AKI) di Provinsi Lampung tahun 2016 masih terbilang tinggi. Tercatat
sebanyak 111 orang ibu meninggal, namun angka itu menurun dibandingkan tahun
2015 tercatat 149 orang ibu meninggal, tahun 2014 tercatat 130 orang ibu
meninggal, tahun 2013 tercatat 158 orang ibu meninggal dan tahun 2012 tercatat
178 orang ibu meninggal (Kementerian Kesehatan Provinsi Lampung, 2016). Setelah dilakukan evaluasi, penyebab AKI di
Indonesia diantaranya yaitu waktu hamil sebesar 23,89%, disaat persalinan
26,99%, disebabkan oleh perdarahan 42%, eklampsia 13%, komplikasi abortus 11%, infeksi
10%, dan persalinan lama 9%. Sedangkan pada masa nifas kematian ibu tercatat
sebesar 49,12% dan lain-lain 45,28%.
Provinsi Lampung pada tahun 2018 tercatat
memiliki AKI sebesar 148 per 100.000 KH. Meskipun angka tersebut jauh
dibandingkan nilai AKI nasional, tetapi nilai AKI tersebut masih belum mencapai
target yang ditetapkan pada SDGs. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung penyebab utama kematian ibu adalah kejadian infeksi (37%), perdarahan
(33%), hipertensi dalam kehamilan (16%), gangguan sistem peredaran darah (6%) dan
gangguan metabolik (4%) (Dinkes Provinsi Lampung, 2019).
Dengan melihat angka AKI
yang masih cukup tinggi di Indonesia, Departemen Kesehatan membuat
langkah-langkah dalam upaya mempercepat penurunan angka AKI yang mengacu pada
langkah strategis "empat pilar safe
motherhood". Sebagai ujung tombak dalam asuhan pelayanan kebidanan,
Bidan harus dapat berperan dalam melaksanakan program keluarga berencana,
pelayanan asuhan antenatal, persalinan yang bersih dan aman, serta pelayanan
obstetric yang essensial. Maka dari itu, untuk menekan penurunan angka AKI,
diperlukan upaya penajaman sasaran agar kejadian "4 terlalu" dan
kehamilan yang tidak diinginkan dapat dicegah sejauh mungkin. Penyebab kematian
ibu dapat pula disebabkan karena "3T", yaitu terlambat dalam
mengambil keputusan, merujuk dan mengobati (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2021).
Dari penjelasan diatas,
dapat disimpulkan bahwa peran Bidan selain menurunkan angka AKI dan AKB Bidan
juga sangat berpengaruh dalam pembangunan kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak
serta keluarganya. Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan berkelanjutan (Continuity of
Care) mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, KB, bayi baru lahir dan neonatus sebagai laporan PKKP COC di PMB Amrina, S.Tr.Keb Kota Metro.
Apakah asuhan berkelanjutan (Continuity of Care) yang diberikan pada
Ny.U dapat mengantisipasi masalah-masalah yang akan terjadi sehingga tidak
terjadi komplikasi pada ibu dan janin?
- Tujuan Umum
Tujuan
dari asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity
of Care) diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan yang
komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana, bayi baru
lahir dan neonatus sesuai standar asuhan menggunakan pendokumentasian SOAP
pendekatan manajemen kebidanan pada NyU di PMB Amrina, S.Tr.Keb
Kota Metro.
- Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus penelitian ini adalah untuk:
a.
Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.U
b.
Asuhan kebidanan persalinan pada Ny.U
c.
Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.U
d.
Asuhan kebidanan neonatus pada bayi Ny.U
e.
Asuhan kebidanan nifas pada Ny.U
f.
Asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny.U
- Sasaran
Sasaran
asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity
of Care) ditujukan kepada Ny.U umur 26 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 36 minggu
sampai dengan bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan neonates.
- Tempat
Laporan ini disusun dengan
mengambil tempat di PMB Amrina, S.Tr.Keb Kota Metro.
- Waktu
Waktu
yang digunakan dalam pelaksanaan Continuity
of Care adalah tanggal 10 September sampai 22 Oktober 2022.
2.1 Manfaat Teoritis
a.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai metode penilaian pada mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya dalam menyusun
Laporan Continuity of Care, mendidik
dan membimbing mahasiswa agar lebih terampil dan professional dalam memberikan
asuhan kebidanan secara berkelanjutan yang bermutu dan berkualitas
b.
Bagi Penulis
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan
dapat
menggali
wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang
penatalaksanaan asuhan kebidanan berdasarkan Continuity of Care sehingga dapat merencanakan dan melakukan asuhan
secara berkelanjutan dan dapat memecahkan permasalahan serta mengevaluasi hasil
asuhan yang telah diberikan.
2.2 Manfaat Praktik
a.
Bagi Lahan Praktik
Meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan melalui pendekatan menejemen kebidanan secara Continuity of Care dari hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana,
bayi baru lahir, dan neonatus.
b.
Bagi klien
Diharapkan menambah pengetahuan dan meningkatkan kesehatan ibu
melalui asuhan yang diberikan. Agar klien dan masyarakat dapat melakukan
deteksi dari penyulit yang mungkin timbul pada masa hamil, bersalin, nifas,
maupun bayi baru lahir sehingga memungkinkan segera mencari pertolongan untuk mendapatkan
penanganan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1.
Ruang Lingkup Metode &
Desain Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Asuhan kebidanan ini
jenis penelitiannya adalah Deskriptif , deskriptif adalah berupa penelitian
dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Jenis 11 penelitian
deskriptif memiliki desain penelitian salah satunya adalah metode observasional
lapangan yang digunakan untuk mengumpulkan data.
b.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan
data asuhan kebidanan yaitu wawancara. Wawancara Suatu metode yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan dengan
orang tersebut (Notoatmodjo, 2010).
c.
Analisa Data Analisa data
yang digunakan studi kasus dengan cara observasi. Observasi yaitu suatu hasil
perbuatan jiwa secara aktif dan penuh untuk menyadari adanya rangsangan dari
luar mengenai indra terjadilah pengindraan, namun bila rangsangan menarik
perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2010).
3.
Sasaran
Sasaran asuhan
kebidanan ditujukan kepada ibu hamil TM III usia 36-39 minggu, bersalin, nifas,
BBL dan pelayanan akseptor KB secara Continuity of Care.
4.
Tempat Asuhan kebidanan secara Continuity of Care
dilaksanakan di Praktik Mandiri Bidan (BPM) Amrina Kota Metro
5.
Waktu yang di perlukan dalam
menyusun proposal, membuat proposal, dan menyusun laporan dimulai sejak 10
September 2022 sampai 22 oktober 2022.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
1.
PENGERTIAN
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional, kehamilan didefinikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional (Prawirohardjo, 2008 dalam Asuhan Kebidanan Kehamilan, 2017).
Menurut Depkes RI (2016), kehamilan adalah
suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan yang terjadi secara alami
menghasilkan janin yang tumbuh di rahim ibu. Kehamilan adalah sebuah proses
yang dimulai dari tahap konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan
normal adalah 38 minggu - 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan
kesehatan oleh tenaga profesional yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Pemeriksaan ini bertujuan memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala
diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, dengan
standar 6 kali kunjungan sebagai upaya menurunkan angka kematian prenatal dan
kualitas perawatan pada frekuensi pelayanan antenatal oleh Kemenkes ditetapkan
6 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan dengan
ketentuan 2 kali pada trimester pertama atau K1 (UK 0-12 minggu), 1 kali pada
trimester II (UK >12 minggu-28 minggu) dan 3 kali pada trimester III atau K4
(UK>28 minggu-lahir) (Kemenkes RI, 2020).
2.
JADWAL KUNJUNGAN PADA IBU
HAMIL
a.
Minimal 2 kali pada
trimester I (<14 minggu) Tujuannya : Skrining
untuk mengetahi kelainan, Menentukan diagnosis ada
atau tidaknya kehamilan, Menentukan uia kehamilan
dan perkiraan persalinan, Menentukan normal atau
tidaknya kehamilan serta ada atau tidaknya faktor resiko kehamilan. Menentukan
rencana pemeriksaan/ penetalasanaan selanjutnya.
b.
Minimal 1 kali pada
trimester II (14-20 minggu)Pada kunjungan ini, ibu hamil akan lebih mendapatkan
informasi yang lebihdalam lagi mengenai kehamilan di trimester I dan
kewaspadaan khusus terhadapkomplikasi yang mungkin terjadi pada trimester ini.
c. Minimal
3 kali pada trimester III (28-36 minggu) Biasanya pada kunjungan pertama aka
dideteksi ada tidaknya kehamilanganda/gemeli, sedangkan untuk kunjungan kedua
pada trimester ini akan diperiksadan dideteksi ada/tidaknya kelainan letak
janin (Kemenkes RI, 2021)
3.
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan
Kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannnya,
dan dilaksanakan sesuai dengan standar antenatal yang telah ditetapkan dalam
standar Pelayanan Kebidanan. Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya (Depkes
RI, 2021).
Pelayanan/ asuhan standar minimal termasuk
“14 T” Dalam penerapan praktis pelayanan ANC, Rukyah (2014). Standar minimal 14
T antara lain:
1. Timbang dan ukur tinggi badan
Timbang BB dan pengukuran TB pertambahan BB
yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan massa tubuh (BMI: Body Massa
Index), dimana metode ini menentukan pertambahan optimal selama masa kehamlan,
karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui BMI wanita hamil. Total
pertambahan BB pada kehamilan yang normal adalah 11,5-16 Kg
adapun TB menentukan tinggi panggul ibu, ukuran normal yang baik untuk ibu
hamil antara lain <145 cm.
2. Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui
perbandingan nilai dasar selama kehamilan. Tekanan darah yang adekuat perlu
untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau diastolic 90 mmHg pada awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi
hipertensi.
3. Tinggi Fundus Uteri
Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran
dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai
Mc.Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus memakai metlin dari tepi
atas sympisis sampai fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya.
4. Tetanus Toxoid
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk
membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali
saja imunisasi pertama diberikan pada usia 16 minggu untuk yang ke dua diberikan
4 minggu kemudian, akan tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka dibuat
jadwal pemberian imunisasi pada ibu.
5. Tablet Fe (minimal 90 tablet selama hamil)
Zat besi pada ibu hamil adalah mencegah
defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikan kadar hemoglobin. Wanita
hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60 mg/hari, kebutuhannya meningkat
secara signifikan pada trimester 2, karaena absorpsi usus yang tinggi. Fe
diberikan 1 kali perhari setelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90 tablet
selama masa kehamilan. Tablet zat besi sebaiknya tidak diminum dengan the atau
kopi, karena akan mengganggu penyerapan. Jika ditemukan anemia berikan 2-3
tablet zat besi perhari. Selain itu untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan
Hb yang dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu pada saat kunjungan awal dan
pada usia kehamilan 28 minggu atau jika ada tanda-tanda anemia.
6. Tes PMS
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Akan beresiko tinggi apabila dilakukan dengan
berganti-ganti pasangan. Baik laki-laki maupun perempuan bisa beresiko tertular
penyakit kelamin. Perempuan beresiko lebih besar tertular karena bentuk alat
reproduksinya lebih rentan terhadap PMS. Beberapa jenis penyakit menular
seksual, yaitu : Gonorrea (GO), Sifilis (Raja Singa), Trikonomiasis, Ulkus Mole
(chancroid), Klamida, Kutil kelamin, Herpes, HIV/AIDS, Trikomoniasis, Pelvic
Inflamatory Disease (PID).
7. Temu wicara
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap
klien melakukan kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi dan persiapan
rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan pengetahuan klien. Memberikan
konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan.
8. Pemeriksaan HB (Hemoglobin)
Dianjurkan pada saat kehamilan diperiksa
haemoglobin untuk memeriksa darah ibu, apakah ibu mengalami anemia atau tidak,
mengetahui golongan darah ibu, sehingga apabila ibu membutuhkan donor pada saat
persalinan ibu sudah mempersiapkannya sesuai dengan golongan darah ibu.
9. Perawatan payudara, senam payudara dan tekan
payudara
Sangat penting dan sangat dianjurkan selama
hamil dalam merawat payudara. Karena untuk kelancaran proses menyusui dan tidak
adanya komplikasi pada payudara, karena segera setelah lahir bayi akan
dilakukan IMD.
10. Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil
Untuk melatih nafas saat menghadapi proses
persalinan, dan untuk menjaga kebugaran tubuh ibu selama hamil.
11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi
Sebagai pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan protein urine, karena untuk mendeteksi secara dini apakah ibu
mengalami hipertensi atau tidak. Karena apabila hasil protein, maka ibu bahaya
PEB.
12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendeteksi
secara dini ditakutkan ibu mengalami penyakit DM
13. Pemberian terapi kapsul yodium
Diberikan terapi tersebut untuk
mengantisipasi terjadinya kekurangan yodium dan mengurangi terjadinya
kekerdilan pada bayi kelak.
14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah
endemis malaria
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari
daerah malaria juga kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi
disertai menggigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat
penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi abortus,
partus prematurus juga anemia.
B. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
1.
Pengertian
Persalinan adalah suatu
proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi
uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan
pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan
berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Kurniarum, 2016).
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan dengan
persentasi janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama
persalinan dalam batas normal, berisiko rendah sejak awal persalinan hingga
partus dengan masa gestasi 3-42 minggu. Persalinan normal
menurut IBI adalah persalinan dengan presentasi janin belakang kepala yang
berlangsung secara spontan dengan lama persalinan dalam batas normal, tanpa
intervensi (penggunaan narkotik, epidural, oksitosin, percepatan persalinan,
memcahkan ketuban dan episiotomi), beresiko rendah sejak awal persalinan hingga
partus dengan masa gestasi 37 –
42 minggu (Indrayani,
2016).
Menurut Kuswanti dan Meilina (2014), macam persalinan
adalah:
a.
Persalinan
spontan : Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui
jalan lahir.
b.
Persalinan
buatan : Persalinan yang dibantu dari luar misalnya vaccum ekstrasi, forcep, sectio caesarea.
Kontraksi uterus
yang semakin lama semakin sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang
pendek, yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit). Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagna. Pada
pemeriksaan dalam dapat ditemukan:
a. Perlunakan serviks;
b. Penipisan dan
pembukaan serviks;
c. Dapat disertai
kebutan pecah.
4. Faktor yang Berperan dalam Persalinan
Menurut Walyani
dan Purwoastuti (2015), faktor-faktor yang berperan dalam persalinan ada 5,
yaitu:
a. Power (tenaga ibu yang
mendorong bayi keluar) : Seperti his atau konraksi uterus kekuatan ibu
mengedan, kontraksi diafragma, dan ligamentum action terutama ligamentum
retundum.
b. Passage (jalan lahir)
c. Passage/jalan lahir dibagi
menjadi 2, yaitu: Bagian keras
(tulang panggul) dan Bagan lunak (otot-otot dan ligament-ligament).
d. Passenger (janin, selaput
ketuban, dan palsenta)
e. Passenger atau janin bergerak
sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor, yaitu: Kepala
janin, Presentasi, Letak, Sikap, Posisi janin.
f. Psikologis ibu
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan
dengan adanya dukungan dari pasangannya, orang terdekat, keluarga, penolong,
fasilitas, dan lingkungan tempat bersalin, serta bayi ynag di kandung merupakan
bayi yang diharapkan atau tidak (Nurasiah, dkk., 2014).
g. Penolong : Meliputi
ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran, pentingnya dalam
menghadapi klien untuk primipara dan multipara.
Menurut Sofian (2015), dibagi menjadi 4 kala:
a.
Kala
I waktu pembukaan serivik sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Fase laten : pembukaan 0 – 3 cm, pada umumnya berlangsung
hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif : pembukaan 4 – 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm/jam untuk primigravida atau lebih dari 1 – 2 cm/jam
untuk multigravida.
b.
Kala II kala pengeluaran janin, sewaktu uterus
dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga
lahir.
c.
Kala III waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
uri.
d.
Kala IV mulai dari lahirnya uri, post persalinan
selama 1 – 2 jam.
Pelaksanaan asuhan persalinan sesuai
Winkjosastro (2014) dan Melina & Kuswanti (2014), meliputi:
-
Melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu bersalin
-
Melakukan
pemeriksaan abdomen;
-
Melakukan
pemeriksaan dalam;
-
Mencatat
dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
-
Melakukan
pengenalan dini terhadap masalah dan penyulit
-
Melakukan
persiapan asuhan persalinan
-
Mempersiapkan
ruangan untuk persalinan dan kelahiran;
-
Mempersiapkan
perlengkapan bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan;
-
Mempersiapkan
rujukan;
-
Memberikan
asuhan sayang ibu;
-
Dukungan
emosional;
-
Mengatur
posisi ibu;
-
Memberikan
cairan dan nutrisi;
-
Menganjurkan/membantu
ibu mengosongkan kandung kemih;
-
Melakukan
pencegahan infeksi.
-
Melakukan
dokumentasi partograf
-
Pencatatan
selama fase laten kala I persalinan;
-
Pencatatan
selama fase aktif kala I persalinan;
-
Mencatat
temuan pada partograf;
-
Pencatatan
pada lembar belakang partograf.
b. Kala II
-
Melihat
adanya tanda persalinan kala II
-
Memastikan
kelengkapan alat pertolongan persalinan
-
Melakukan
persiapan penolong persalinan
-
Memakai
sarung tangan (DTT);
-
Memakai
perlengkapan perlindung diri;
-
Mempersiapkan
tempat persalinan, peralatan dan bahan;
-
Mempersiapkan
tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi.
-
Mempersiapkan
ibu dan keluarga
-
Melakukan
asuhan sayang ibu
-
Membersihkan
perinium ibu;
-
Mengosongkan
kandung kemih ibu.
-
Memeriksa
denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
-
Memberitahu
pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan meminta ibu meneran saat ada his
-
Meminta
bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu senyaman mungkin
-
Melakukan
amniotomi (apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sdah lengkap)
-
Melakukan
penatalaksanaan fisiologis kala II (setelah terjadi pembukaan lengkap,
memberitahu pada ibu bahwa hanya dorongan almiahnya yang mengisyaratakan untuk
meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi)
-
Memberitahu
dan membimbing ibu cara meneran yang benar
-
Menolong
kelahiran bayi
-
Melakukan
pencegahan infeksi;
-
Melahirkan
kepala;
-
Memeriksa
lilita tali pusat pada leher;
-
Menunggu
kepala bayi melakukan putaran paksi luar;
-
Melahirkan
bahu;
-
Melahirkan
seluruh tubuh bayi;
-
Melakukan
pemeriksaan bayi baru lahir sepintas;
-
Mengeringkan
tubuh bayi dengan handuk bersih;
-
Meletakkan
bayi pada perut ibu untuk IMD;
-
Melakukan
pemantauan kala II persalinan
c. Kala III
-
Menjelaskan
fisiologis persalinan kala III pada ibu
-
Melakukan
manajemen aktif kala III
-
Memberikan
suntikan oksitosin;
-
Melakukan
penegangan tali pusat terkendali dan dorsokranial;
-
Melahirkan
plasenta;
-
Memeriksa
kelengkapan plasenta;
-
Melakukan
rangsangan taktil atau massase fundus uteri;
-
Mengobservasi
kontraksi dan perdarahan;
-
Memeriksa
laserasi jalan lahir;
-
Melakukan
penjahitan.
d. Kala IV
-
Melakukan
asuhan dan pemantauan kala IV
-
Observasi
KU;
-
Observasi
kontraksi, kandung kemih, perdarahan, TFU setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 2 jam pertama pasca persalinan;
-
Observasi
TTV setiap 1 jam sekali;
-
Anjurkan
ibu untuk mobilisasi dini;
-
Anjurkan
ibu untuk makan dan minum;
-
Anjurkan
ibu untuk menjaga kebersihan diri;
-
Lakukan
pendokumentasian pada partograf.
7.
Asuhan Komplementer Dalam
Persalinan
a.
Massage Punggung
Nyeri persalinan dapat
menyebabkan penderitaan bagi ibu dan kesehatannya. Hal tersebut dapat memiliki
efek negatif terhadap hubungan ibu dan bayi. Menurut sebuah penelitian
menunjukkan bahwa banyak orang ketika melakukan perkawinan hal yang mereka
takutkan adalah ketika akan bersalin yang dapat menyebabkan nyeri pada saat
bersalin. Dalam penelitian lain yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan
bahwa sebanyak 84% ibu yang akan bersalin memilih untuk menggunakan tehnik
non-farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri persalinan. Sebanyak 55,2%
menggunakan teknik pernafasan dan 17,3 menggunakan tehnik pemijatan (Cepeda,
2013: Phumdoung S, 2003).
Pijatan
digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui peningkatan
aliran darah pada daerah–daerah yang terpengaruh, merangsang reseptor– reseptor
raba kulit sehingga merilekskan otot– otot, mengubah suhu kulit dan secara umum
memberikan perasaan yang nyaman yang berhubungan dengan keeratan hubungan
manusia (Asrinah, 2010).
Henstrom
dan Newton (1986) dalam studi klasiknya mengenai penggunaan sentuhan dalam
persalinan, menemukan bahwa sentuhan merupakan metode yang digunakan secara
umum dalam persalinan untuk membantu mengurangi rasa nyeri (Asrinah, 2010).
Sentuhan yang dimaksud adalah massage, merupakan metode non-farmalogik yaitu
tanpa menggunakan obat-obatan, lebih aman, sederhana dan tidak menimbulkan efek
merugikan serta mengacu kepada asuhan sayang ibu (Judha, 2012).
Metode
nonfarmakologi juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan, karena ibu
dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya, sehingga membantu ibu lebih
rileks dan nyaman selama persalinan (Arifin, 2007).
Teknik
pemijatan ada dua yang dilakukan yaitu effluerage dan counterpressure.
Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang
atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam
persalinan, effluerage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan
lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat dengan
cara menggosokan lembut dengan kedua telapak tangan dan jari pada punggung ibu
bersalin setinggi servikal 7 kearah luar menuju sisi tulang rusuk selama 30
menit dengan frekuensi 40 kali gosokan permenit, tetapi usahakan ujung jari
tidak lepas dari permukaan kulit (Pastuty, 2010; Aryani, 2015).
Masase
pada punggung merangsang titik tertentu disepanjang meridian medulla spinalis
yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke formatio retikularis,
thatalamus dan sistem limbic tubuh akan melepaskan endorfin. Endorfin adalah
neurotransmiter atau neuromodulator yang menghambat pengiriman rangsang nyeri
dengan menempel kebagian reseptor opiat pada saraf dan sumsum tulang belakang
sehingga dapat memblok pesan nyeri ke pusat yang lebih tinggi dan dapat
menurunkan sensasi nyeri (Cunningham, 2013; Budiarti; 2011; Mander, 2004;
Aryani, 2015).
Mekanisme
pemijatan menggunakan teori pengendalian gerbang informasi nyeri yang
bergantung pada keseimbangan aktifitas diserat saraf berdiameter besar dan
kecil disepanjang spinal columna yang dapat menghambat hantaran nyeri ke otak
(Price, 2006; Aryani, 2015).
Counterpressure
adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian
datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis pada daerah lumbal. Tekanan
dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif
menghilangkan sakit punggung akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada
ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini
disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi
menerima rangsangan apapun pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan
menghormati keinginan ibu. (Pastuty, 2010).
Menurut
Danutamaja saat terjadi kontraksi pada persalinan maka terjadi didaerah
punggung. Mengurangi rasa nyeri dengan teknik non-invasif adalah dengan metode
masase, baik oleh petugas kesehatan, keluarga pasien, maupun pasien itu
sendiri, tetapi kadang kala metode masase yang dilakukan tidak pada tempatnya
sehingga hasilnya tidak efisien yang tujuan utamanya adalah relaksasi. Masase
pada punggung menstimulasi reseptor yang membuat ibu bersalin lebih nyaman
karena terjadi relaksasi otot (Hariyanti, 2014).
b.
Gymball Menjelang Persalinan
Gym Ball adalah bola
fisioterapi yang membantu ibu dalam tahap pertama persalinan dan dapat digunakan dalam
berbagai posisi. Elastisitas dan kelengkungan bola merangsang reseptor di
panggul, sehingga dengan menerapkan gravitasi sambil meningkatkan pelepasan
endorfin, gerakan duduk di atas bola dan batu memberikan perasaan nyaman dan
mendorong kemajuan persalinan. Penanggung jawab. Mengeluarkan endorfin.
(Kurniawati et al., 2017).
Dalam bukunya Mutoharoh menjelaskan birth ball adalah
bola berukuran cukup besar dengan bentuk yang menyerupai bola gym. Perbedaannya
adalah ukuran birt ball jauh lebih besar, kira kira bisa mencapai tinggi 65-75
cm setelah dipompa. Birth ball dirancang khusus agar tidak licin bahkan untuk
wanita hamil. (Muthoharoh et al., 2019).
Pada saat persalinan kala I, latihan gym ball dengan cara
duduk di atas bola kemudian secara perlahan mengayunkan dan menggoyangkan
pinggul ke depan dan ke belakang, sisi kanan dan kiri, serta melingkar. Gerakan
latihan ini bermanfaat untuk membantu kontraksi rahim lebih efektif dan
mempercepat turunnya bayi melalui panggul. Tekanan kepala bayi pada leher rahim
tetap konstan ketika ibu bersalin pada posisi tegak sehingga dilatasi serviks menjadi
lebih cepat. Ligamentum otot panggul menjadi rileks, dan bidang luas panggul
menjadi lebih lebar sehingga memudahkan bayi turun ke dasar panggul (Muthoharoh
et al., 2019).
Penelitian Siregar yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemajuan persalinan terhadap ibu bersalin
dengan status birth ball dan tidak birth ball. Dimana status birth ball
dilakukan lebih cepat 224,3 menit dibandingkan dengan status birth ball tidak
dilakukan. Dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai p-value 0,0000 <
0,05 yang berarti ada pengaruh yang bermakna dengan pelaksanaan tehnik birth
ball terhadap kemajuan persalinan (Siregar et al., 2020).
Penggunaan gym ball membantu
mempercepat persalinan karena membantu panggul membuka, gym ball juga dapat
menambah aliran darah menuju rahim, plasenta, dan bayi. Mengurangi tekanan dan
menambah outlet panggul 30%. Membuat rasa nyaman di daerah lutut dan
pergelangan kaki. Memberikan tekanan balik di daerah perineum dan juga paha.
Melalui gaya gravitasi, birthball juga mendorong bayi untuk turun sehingga
proses persalinan menjadi lebih cepat. (Muthoharoh et al., 2019) Hasil
penelitian Zaky menunjukan ada hubungan antara pelaksanaan birth ball exercise
terhadap lamanya kala I (Zaky, 2016).
Tehnik gym ball dapat
membantu ibu bersalin untuk mempersingkat kemajuan persalinan di PMB Amrina
Kota Metro. Ibu bersalin mengatakan nyaman dan rileks dalam menghadapi
persalinan karena bantuan Gym ball sedikit mengurangi rasa nyeri pada saat
kontraksi. Semangat dan antusiasme para ibu bersalin juga sangat membantu
psikologis ibu dalam mengolah rasa sakit dan menciptakan suasana yang positif
bagi ibu sehingga rahim dapat berkontraksi secara maksimal.
C. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU
LAHIR
1.
Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir harus mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan di luar uterus. Pada saat di
kandungan, bayi sangat bergantung dengan plasenta (Fitriana dan Nurwiandani,
2018).
Neonatus adalah bayi baru
lahir sampai dengan usia 28 hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang
sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir
pada semua sistem (Kemenkes RI, 2018).
2.
Perubahan Fisiologis Bayi
Baru Lahir
a.
Termoregulasi
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada
bayi baru lahir belum berfungsi dengan sempurna, untuk itu perlu dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan
bayi mengalami hipotermia. Bayi baru lahir mengalami hipotermia apabila
memiliki suhu tubuh dibawah 36°C, sedangkan suhu normal yang harus dimiliki bayi
baru lahir adalah 36oC sampai 37oC (Fitriana dan Nurwiandani, 2018).
Menurut Saifuddin (2016), keadaan telanjang
dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas melalui
4 cara yaitu :
-
Konduksi : melalui
benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.
-
Konveksi : pendinginan
melalui aliran udara di sekitar bayi.
-
Evaporasi : kehilangan panas
melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah.
-
Radiasi : melalui benda
padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi.
b.
Sistem pernafasan
Pernapasan pertama yang terjadi pada bayi
normal adalah 30 detik pertama sesudah lahir. Pertama kali, bayi berusaha untuk
mempertahankan tekanan alveoli. Biasanya, dikarenakan adanya surfaktan dan
adanya tarikan napas serta pengeluaran napas secara merintih sehingga udara
bias tertahan di dalam. Bayi baru lahir bernapas dengan diafragmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya pernapasan pada bayi baru
lahir belum bisa teratur (Fitriana dan Nurwiandani, 2018).
c.
Sistem pencernaan
Refleks gumoh dan refles
batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi
sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan
(selain susu) terbatas pada bayi. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas,
kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin
(Rukiyah, 2018).
Sistem Kardiovaskuler dan
Darah Pada saat tali pusat dipotong, registrasi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan rahim menurun, tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran
darah ke atrium kanan menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu
sendiri akan membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke
paru-paru untuk proses oksigenisasi ulang (Susilawati, 2017).
Pernapasan pertama
menurunkan resistensi pembuluh darah paru paru dan meningkatkan tekanan atrium
kanan, oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah dan paru-paru akan menurunkan resistensi pembuluh darah
ke paru-paru sehingga terjadi peningkatan volume darah pada atrium kanan
menimbulkan penurunan tekanan pada atrium kiri menyebabkan foramen ovale
menutup (Susilawati, 2017).
d.
Metabolisme Glukosa
Menurut Rukiyah (2018), Untuk mengfungsikan
otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1-2jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam
jumlah cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi
mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati. Koreksi penurunan
kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara : Melalui penggunaan ASI,
Melalui penggunaan cadangan glikogen, Melalui pembuatan glukosa dari sumber
lain terutama lemak.
e.
Sistem Ginjal
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam
paru-paru dimana selama lahir 1/3 cairan ini diperas dari paru-paru, jika
proses persalinan melalui section cesaria maka kehilangan keuntungan kompresi
dada ini tidak terjadi maka dapat mengakibatkan paru-paru basah (Rukiyah,
2018).
Beberapa tarikan nafas pertama menyebabkan
udara memenuhi ruangan trakea untuk bronkus bayi baru lahir, paru- paru akan
berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu (Rukiyah,2018).
2.3
Asuhan Bayi Baru Lahir 2 jam
Pertama
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018),
keadaan umum pada bayi dinilai menggunakan penilaian APGAR. Penilaian dilakukan
setelah satu menit kelahiran bayi. Penilaian APGAR bertujuan untuk menilai
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Aspek yang dinilai adalah kemampuan
laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks, dan
warna kulit. Setiap penilaian diberi nilai angka 0,1, dan 2. Dari hasil
penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi dalam keadaan normal (APGAR
7-10), mengalami asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6), dan asfiksia berat (nilai
APGAR 0-3). Apabila nilai APGAR tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan
resusitasi lebih lanjut. Karena apabila bayi menderita asfiksia lebih dari 5
menit kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologik dan berkemungkinan menjadi
lebih besar di Kemudian hari. penghitungan nilai APGAR:
3.
Pemotongan tali Pusat
Pemotongan tali pusat merupakan bentuk
pemisahan fisik terakhir antara ibu dan sang bayi. Pemisahan bayi dengan
plasenta dilakukan dengan menjepit tali pusat diantara dua klem, kemudian
memotong dan mengikat tali pusat (Fitriana dan Nurwiandani, 2018).
4.
Resusitasi
Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur
yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernapas secara spontan
(saifuddin, 2016).
d.
Langkah awal resusitasi
-
Tempatkan bayi dibawah
infant warmer. Letakkan bayi terlentang pada posisi setengah tengadah untuk
membuka jalan napas (gulungan handuk diletakkan dibawah bahu).
-
Bersihkan jalan napas atas
dengan dengan menghisap mulut terlebih dahulu kemudian hidung dengan
menggunakan alat penghisap lendir.
-
Keringkan, stimulasi, ganti
kain yang basah dengan kain yang kering, dan reposisi kepala.
-
Tindakan yang dilakukan dari
bayi lahir sampai reposisi kepala dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
-
Menilai pernapasan.
-
Jika bayi mulai bernapas
secara teratur dan memadai, periksa denyut jantung. Jika denyut jantung >
100x/menit dan bayi tidak mengalami sianosis, hentikan resusitasi. Akan tetapi,
jika sianosis ditemui, berikan oksigen aliran bebas.
e.
Ventilasi tekanan positif
(VTP)
-
Jika tidak terdapat
pernapasan atau bayi megap-megap, VTP diawali dengan menggunakan balon
resusitasi dan sungkup, dengan frekuensi 40-60x/menit.
-
Jika denyut jantung
100x/menit, bahkan dengan pernapasan memadai, VTP harus dimulai pada kecepatan
40-60x/menit.
f.
Kompresi dada
-
Jika denyut jantung < 60
x/ menit setelah 30 detik VTP yang memadai, kompresi dada harus dimulai.
-
Kompresi dilakukan pada
sternum di proksimal dari prosesus sifoideus, jangan menekan/ di atas sifoid.
Kedua ibu jari petugas yang meresusitasi digunakan untuk menekan sternum,
sementara jari-jari jari-jari yang lain mengelilingi dada, atau jari tengah dan
telunjuk dari satu tangan dapat digunakan untuk kompresi sementara tangan lain
menahan punggung bayi. Sternum dikompresi sedalam 1/3 tebal antero-posterior
dada.
g.
Kompresi dada diselingi
ventilasi secara sinkron terkoordinasi dengan rasio 3:1. Kecepatan kombinasi
kegiatan tersebut harus 120/ menit (yaitu 90 kompresi dan30 ventilasi). Setelah
30 detik evaluasi respons. Jika denyut jantung > 60 x/ menit, kompresi dada
dapat dihentikan dan VTP dilanjutkan hingga denyut jantung mencapai 100x/ menit
dan bayi bernapas efektif.
5.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu
stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan
dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah
infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena
pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi
baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga
didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi cepat
meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat
mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis
dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (saifuddin, 2016).
6.
Kunjungan neonates
Pelayanan neonatal esensial setelah lahir
atau kunjungan Neonatal (KN) dilakukan sekurang- kurangnya tiga kali dengan
distribusi waktu, yaitu :
a.
KN 1 : pada periode 6 (enam)
jam sampai dengan 48 (empat puluh delapan) jam setelah lahir;
b.
KN 2 : pada periode 3 (tiga)
hari sampai dengan 7 (tujuh) hari setelah lahir;
c.
KN3 : pada periode 8
(delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari setelah lahir.
d.
Ibu diberi KIE terhadap
perawatan bayi baru lahir termasuk ASI Eksklusif dan tanda-tanda bahaya pada
bayi baru lahir (sesuai
yang tercantum pada buku KIA) (Kemenkes RI,
2020).
D.
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN
MENYUSUI
1.
Pengertian Nifas
Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Fitri,
2017).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu atau 40 hari (Dartiwen dan Yati, 2019).
2.
Tujuan asuhan pada ibu nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam
bidang kebidanan maupun dibidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan
tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. asuhan masa nifas
diperlukan karena pada periode nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun
bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu yang terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian terjadi pada 24 jam pertama. Menurut Dr. Putu Mustiningsih,
dkk (2019) tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
a.
Menjaga kesehatan ibu dan
bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b.
Melaksanakan skrining secara
komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayi
c.
Memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara danmanfaat
menyusui, imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari
d.
Memberikan pelayanan
keluarga berencana (KB)
e.
Mendapatkan kesehatan emosi
3.
Lochea
Lochea adalah ekskreasi cairan rahim selama
masa nifas. Lochea mengandung darah sisa desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Pemeriksaan loche meliputi perubahan warna dan bau karena lochea
memiliki ciri khas : bau amis atau khas darah dan adanya bau busuk menandakan
adanya infeksi. Jumlah total pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata
kira-kira 240-270 ml (Pusdiklatnakes, 2019).
4.
Perubahan Psikologi Masa
Nifas
Perubahan psikologis pada masa nifas terjadi
karena pengalaman selama persalinan, tanggung jawab peran sebagai ibu, adanya
anggota keluarga baru (bayi), dan peran baru sebagai ibu bagi bayi. Hubungan
awal antara orang tua dan bayi (bounding attachment) dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk status social ekonomi ibu, budaya, pengalaman melahirkan dan riwayat
keluarga. Adaptasi psikologis post partum, ibu biasanya mengalami penyesuaian
psikologis selama masa nifasnya. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan mekanisme
penanggulangan (coping) untuk mengatasi perubahan fisik dan ketidaknyamanan
selama masa nifas termasuk kebutuhan untuk mengembalikan figur seperti sebelum
hamil serta perubahan hubungan dengan keluarga.
5.
Kebutuhan Pada Masa Nifas
a.
Nutrisi dan cairan
Ibu dalam masa nifas harus mengonsumsi
tambahan 500 kalori setiap hari. Makanan tersebut bisa diperoleh dengan
mengonsumsi sayuran berwarna hijau (bayam, brokoli, katu) dan berwarna kuning
(wortel, tomat, nangka), kacang- kacangan, hati, kuning telur, gandum/nasi,
ikan laut, daging, buah (pepaya, mangga, melon, jeruk) serta minum susu. Minum
sedikitnya 3 liter per hari. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan (Prawirohardjo, 2016).
b.
Pemberian kapsul vitamin A
200.000 IU
Kapsul vitamin A 200.000 IU diberikan
sebanyak 2 kali pertama diberikan segera setelah melahirkan, kedua diberikan
setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama (Pusdiklatnakes, 2014).
c.
Ambulasi dini (Early
Ambulation)
Ambulasi dini dilakukan dengan gerakan dan
jalan- jalan ringan sambil bidan melaksanakan observasi perkembangan pasien
dari jam demi jam sampai hitungan hari. Ambulasi
tidak diperbolehkan pada pasien dengan penyakit tertentu seperti anemia,
jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain yang membutuhkan waktu istirahat.
(Mansyur dan Dahlan, 2014).
d.
Eliminasi
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air
besar setelah hari ke-2 post partum. Jika hari ke-3 belum juga BAB, maka perlu
diberi obat pelancar per oral atau perrektal. (Mansyur dan Dahlan, 2014).
h.
Personal Hygiene
Kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
infeksi. Anjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut 2 kali sehari, mencuci tagan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya dan bagi ibu
yang mempunyai luka episiotomi atau laserasi, disarankan untuk mencuci luka
tersebut dengan air dingin dan menghindari menyentuh daerah tersebut.
(Pusdiklatnakes, 2014).
i.
Senam nifas
Senam nifas dilakukan secara perlahan dahulu
lalu makin lama semakin sering/kuat. Seam yang pertama paling baik paling aman
untuk memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Senam kegel bertujuan
membantu penyembuhan postpartum dengan jalan kontraksi dan pelepasan secara
bergantian pada otot- otot dasar panggul. (Mansyur dan Dahlan, 2014).
j.
Perawatan Payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering
dengan menggunakan BH yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet
oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai
menyusui. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet
500 mg setiap 4-6 jam sehari (Wahyuni, 2018).
k.
Keluarga Berencana
Menurut (Barus, 2018) Ibu nifas dianjurkan
untuk menunda kehamilannya minimal 2 tahun agar bayi memperoleh ASI selama 2
tahun. Penjarangan kehamilan juga bermanfaat untuk kesehatan
l.
Kunjungan Masa Nifas
Menurut Kemenkes RI (2020), Kunjungan nifas
dilakukan sebanyak 4 kali, dengan pembagian seperti berikut:
-
KF 1 (Kunjungan 1) pada 6-48
jam setelah persalinan
-
KF 2 (Kunjungan 2) pada hari
ke 3-7 setelah persalinan
-
KF 3 (Kunjungan 3) pada hari
ke 8-28 setelah persalinan
-
KF 4 (Kunjungan 4) pada hari
ke 28-42 setelah persalina
6.
Pijat Oksitosin
Salah satu metode
untuk meningkatkan volume
ASI pada masa
nifas, ibu dapat memberikan terapi pijat bayi dan
mendapatkan pijat oksitosin sangat membantu ibu dalam meningkatkan produksi ASI
(Kumala, 2017).
Pijat
oksitosin merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI.
Pijat oksitosin dilakukan
dengan cara memijat pada
daerah punggung sepanjang
kedua sisi tulang
belakang sehingga diharapkan dengan pemijatan
ini ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang.
Jika ibu merasa
nyaman, santai dan
tidak kelelahan dapat
membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan ASI pun
cepat keluar (Putri, 2010).
Menurut (Sukarni, 2013), pijat oksitosin
merupakan pijat disepanjang
tulang belakang
(vertebre) sampai tulang
costae kelima atau
keenam. Pijat ini
berfungsi untuk meningkatkan oksitosin
yang dapat menenangkan
ibu, sehingga ASI
pun keluar dengan sendirinya dan
salah satu terapi
yang efektif untuk
mengurangi ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki mood. Melalui
pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan
oksitosin. Oksitosin menyebabkan
otot-otot halus
disekitar kelenjar payudara
mengkerut sehingga ASI keluar. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi
ketegangan
dan menghilangkan stres.
Pijat oksitosin efektif
dilakukan 2 kali
sehari pada hari pertama
dan kedua post
partum, karena pada
kedua hari tersebut
ASI belum terproduksi cukup
banyak.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Asih (2018) di BPM Lia Maria Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, meneliti tentang Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas dengan jenis penelitian
experimental. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan
antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post
partum dengan nilai p-value 0.037<0.05.
Menurut
teori Fikawati (2015), ASI tidak keluar
merupakan kondisi tidak
diproduksinya ASI atau sedikitnya produksi ASI. Salah satu tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan
kualitas dan kuantitas
ASI yaitu mellalui
pemijatan punggung dengan teknik pijat oksitosin.
Sedangkan menurut teori Rahayu (2016), pijat oksitosin
merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksiASI.
Pijat oksitosin adalah pemijatan
pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tuang
costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pijat ini dilakukan untuk
merangsang refleks oksitosin atau refleks
pengeluaran ASI.
E.
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
BERENCANA
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk
menjarang atau merancanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memekai
kontrasepsi. (yetti dan martini,2018). Menurut World Health Organization (WHO)
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Kemenkes RI, 2015).
1.
Metode Kontrasepsi
a.
Metode Keluarga Berencana
Alamiah (KBA)
-
Metode Kalender Metode
kalender atau pantang berrkala adalah metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi. Cara menghitung masa subur
dengan sistem kalender :
-
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah
hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid.
-
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurang 11. Hitungna ini menentukan hari terakhir masa subur. Rumus :
Hari pertama masa subur = jumlah hari
terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = jumlah hari
terpanjang – 11
b.
Lendir serviks
Metode lendir serviks atau Metode Ovulasi
merupakan Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa
subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa
pada vulva menjelang hari ovulasi. Lendir serviks adalah lendir yang dihasilkan
oleh aktivitas biosintese sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen
penting yaitu: 1) Molekul lendir 2) Air 3) Senyawa kimia dan biokimia (natrium
klorida, rantai protein, enzim dll)
c.
Metode senggama terputus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah
Metode Keluarga Berencana tradisional atau alamiah, dimana pria mengeluarkan
alat kelaminnya (penis) dari vagina ebelum mencapai ejakulasi.
2.
Metode Kontrasepsi Efektif
Terpilih
a.
Kontrasepsi Pil
-
Mini Pil : Mini pil adalah
pil Keluarga Berencana (KB) yang hanya mengandung hormone progesteron dalam
dosis rendah. Cara kerja mini pil adalah menghambat ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks sehungga mengambat penetrasi sperma,
mengubah moyilitass tuba sehungga transportasi sperma menjadi terganggu.
-
Pil Kombinasi : Pil
kombinasi adalah pil yang mengandung hormone esterogen dan progesteron, sangat
efektif (bila diminum setiap hari). Pil harus diminum setiap hari pada hari dan
jam yang sama. Pada bulan-bulan pertama, efek samping berupa mual dan
perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang. Manfaat pil
kombinasi adalah: Memiliki efektifitas yang paling tinggi apabila digunakan
setiap hari, Resiko terhadap kesehatan sangat kecil, Siklus haid menjadi
teratur, banyaknya darah haid yang berkurang Dapat digunakan jangka panjang
selama wanita masih ingin menggunakan untuk mencegah kehamilan, Dapat digunakan
sejak usia remaja sampai menopause, Mudah dihentikan setiap saat, Kesuburan
segera kembali setelah dihentikan, Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
b.
Kontrasepsi Suntik kombinasi
(1 bulan)
Kontrasepsi suntik bulanan adalah metode
suntikan yang pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara
intramuscular sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormone progesteron dan
esterogen pada wanita usia subur. Cara kerja KB suntik 1 bulan adalah menekan
ovulassi, membuat lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga sulit
ditembus spermatozoa, membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi,
dan mengahambat transport ovum dalam tuba fallopi.
c.
Kontrasepsi Suntik 3 bulan
(tribulan)
Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi
yang diberikan secara intramuscular setiap 3 bulan. Cara kerja suntik 3 bulan
adalah dengan mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penertasi sperma
melalui serviks uteri, dan menghambat implantasi ovum dalam endometrium.
d.
Intra Uterine Device (IUD)
IUD merupakan alat kontrasepsi paling banyak
digunakan, kerena dianggap sangat efektif dalam mecegah kehamilan dan memiliki
manfaat yang relative banyak disbanding alat kontrasepsi lainnya. Diantaranya,
tidak menggangu saat coitus, dapat digunakan sampai menopause dan setelah IUD
dikeluarkan dari rahim, bisa dengan mudah subur kembali.
e.
Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi implant adalah suatu alat
kontrasepsi yang mengandung levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic
silicon (polydimethylsiloxane) dan dipasang di bawah kulit. Cara kerja implant
dalam mencegah kehamilan adalah dengan dilepaskannya hormone levonorgestrel secara
konstan dan kontan maka cara kerja implant dalam mencegah kehamiln pada
dasarnya terdiri atas: Menghambat lendir serviks, Menghambat proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, Melemahkan transportasi sperma,
Menekan ovulasi.
F. Asuhan Komplementer Dalam
Kehamilan
1.
Senam Hamil
Senam hamil merupakan terapi latihan gerak
dan salah satu kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan atau prenatal care
yang bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik dan mental saat
menghadapi persalinan agar persalinan normal dapat berlangsung dengan cepat,
aman, dan spontan. Melalui senam hamil, ibu hamil akan diajarkan cara
mengurangi kecemasan dan mengurangi rasa takut dengan cara relaksasi fisik dan
mental, serta mendapatkan informasi untuk mempersiapkan tentang apa saja yang
akan terjadi selama persalinan (Kemenkes Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan, 2021).
Senam hamil ini hanya bisa dilakukan ketika
kandungan berusia 22-36 minggu, ada juga yang menganjurkan bila kehamilan sudah
mencapai 28 minggu ke atas. Namun yang perlu diperhatikan, tidak semua kondisi
ibu hamil dapat melakukan senam hamil, sehingga disarankan untuk melakukan
konsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan.
Kriteria ibu hamil yang tidak di perkenankan
untuk mengikuti senam hamil yaitu ibu hamil dengan Preeklamsia, KPD (Ketuban
Pecah Dini), Perdarahan trimester II dan trimester III, Kemungkinan lahir
prematur, Incompetent Cervik, Diabetes Melitus, Anemia, Thypoid, Aritmia,
Riwayat perdarahan, Penurunan atau kenaikan berat badan berlebihan, Janin
kembar, letak bayi sungsang.
Latihan senam hamil ini harus dihentikan jika
terjadi keluhan nyeri di bagian dada, nyeri kepala, dan nyeri persendian,
kontraksi rahim yang sering,keluar cairan, denyut jantung meningkat >
140/menit, kesulitan untuk berjalan, dan mual, serta muntah yang menetap. Senam
hamil ini bisa dilakukan dimana saja, namun untuk hasil yang maksimal, akan
lebih baik lagi jika mengikuti petunjuk instruktur. Bidan dan instruktur
biasanya akan memberikan tips dan panduan gerakan senam ibu hamil yang tepat
sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari senam hamil yaitu :
-
Memperkuat dan
mempertahankan elastisitas otot dinding perut, ligamen,dan otot dasar panggul
yang berhubungan dengan proses persalinan.
-
Membentuk sikap tubuh, sikap
tubuh yang baik selama kehamilan dan persalinan dapat mengatasi keluhan-keluhan
umum pada wanita hamil, mengurangi sesak nafas akibat bertambah besarnya perut.
-
Menguasai teknik pernafasan
yang mempunyai peranan penting dalam kehamilan dan persalinan untuk mempercepat
relaksasi tubuh yang dengan napas dalam, dan juga untuk mengatasi rasa nyeri
pada saat kontraksi.
-
Menguatkan otot -otot
tungkai, dimana tungkai akan menopang berat tubuh ibu yang semakin lama makin
berat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
-
Mencegah varises, yaitu
pelebaran pembuluh darah balik (vena) yang sering terjadi pada ibu hamil.
-
Memperpanjang nafas, karena
seiring bertambah besarnya janin akan mendesak isi perut ke arah dada. Hal ini
akan membuat rongga dada lebih sempit dan nafas ibu tidak bisa optimal. Dengan
senam hamil maka ibu akan dapat berlatih agar nafasnya lebih panjang dan tetap
relaks.
-
Latihan mengejan, latihan
ini khusus untuk menghadapi persalinan, agar ibu bisa mengejan dengan benar
sehingga bayi dapat lancar keluar dan tidak tertahan di jalan lahir.
-
Mendukung ketenangan fisik.
Sedangkan manfaat yang bisa didapatkan dari
senam hamil, antara lain :
-
Mengatasi sembelit
(konstipasi), kram dan nyeri punggung
-
Sirkulasi darah menjadi
lancer
-
Postur tubuh menjadi lebih
baik
-
Tidur lebih berkualitas
-
Mengurangi stress
-
Membantu mengembalikan
bentuk tubuh lebih cepat setelah melahirkan
-
Otot bagian panggul menjadi
lebih kuat
-
Tekanan darah lebih stabil
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan senam hamil, yaitu :
-
Gunakan pakaian yang nyaman,
tidak ketat, dan menyerap keringat.
-
Lakukan pemanasan sebelum
melakukan senam hamil dan pendinginan setelah melakukan senam hamil.
-
Hindari gerakan memutar,
membalikkan badan, dan berdiri secara cepat.
-
Ketahui batas kemampuan dan
jangan terlalu memaksakan diri.
-
Konsumsi cukup air sebelum,
selama, dan setelah melakukan senam hamil untuk mencegah dehidrasi.
Senam hamil juga bisa dilakukan di rumah
dengan gerakan yang sederhana. Adapun untuk gerakan senam hamil tersebut yaitu
:
-
Gerakan duduk bersila :
Gerakan ini merupakan gerakan dasar senam hamil. Duduk bersila merupakan posisi
paling aman untuk ibu hamil karena tidak ada penekanan pada perut. Posisi ini
dikombinasikan dengan pemanasan. Pemanasan bisa dengan menggelengkan kepala ke
kanan dan ke kiri sebanyak 3 kali, gerakan kepala tengok kanan dan ke kiri
sebanyak 3 kali. Menundukkan dan juga menengadahkan kepala ke atas dan ke bawah
sebanyak 3 kali. Hal terakhir yang dilakukan saat posisi ini adalah dengan
menggerakkan bahu naik dan turun tiga kali.
-
Gerakan Senam Jongkok :
Gerakan jongkok ini bermanfaat untuk menguatkan otot panggul dan otot paha ibu
hamil serta meregangkan otot sekitar pinggul dan pelviks agar longgar dan lebih
lentur. Caranya yaitu, berdiri dengan luruskan posisi pungggung dan pelan pelan
turunkan posisi sampai ke dalam posisi jongkok. Tahanlah selama 10 detik dan
kembali ke posisi berdiri. Ulangi gerakan ini sampai 5 kali.
-
Gerakan Senam Kegel : Tujuan
dari gerakan ini adalah untuk memperkuat otot panggul bagian bawah, termasuk
kandung kemih, rahim, dan usus besar. Caranya adalah dengan mengencangkan otot
bagian bawah panggul seperti sedang menahan buang air kecil. Tahan selama
beberapa detik, lalu lemaskan kembali otot tersebut.
-
Gerakan Senam Kupu-Kupu (
Tailor Sit) : Gerakan ini bertujuan untuk meregangkan otot panggul dan paha,
dan dapat membantu mengurangi nyeri punggung bagian bawah. Caranya adalah duduk
di lantai, punggung lurus dan menempel ke dinding, kedua telapak kaki saling
bersentuhan, dorong lutut ke bagian bawah hingga lutut menyentuh lantai.
Lakukanlah posisi ini selama 10-20 detik
-
Wall Push Up : Gerakan ini
merupakan jenis gerakan push up yang dilakukan dengan cara berdiri dan bertumpu
pada dinding. Gerakan ini sangat baik untuk menjaga kesehatan otot dan tulang.
Caranya, berdirilah menghadap dinding, dengan jarak 1 lengan dari dinding.
Angkat kedua lengan lurus ke depan selebar bahu. Tumpukan telapak tangan pada
dinding, lalu tekuk siku sambil mencondongkan tubuh ke depan hingga wajah
mendekati dinding. Ulangi gerakan ini hingga 10 kali (Kemenkes Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan, 2021).
2.
Prenatal Yoga
Prenatal gentle yoga adalah salah satu
modifikasi hatha yoga yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Yoga ini
dilakukan dengan intensitas lebih lembut, perlahan serta dengan memadukan
gerakan yang menghubungkan pernafasan dan relaksasi sehingga ibu hamil merasa
sehat, segar, nyaman, tenang, rileks, damai, dan bahagia serta siap menuju
persalinan mudah, lembut (gentle birth),
minim trauma dan fase pemulihan diri yang lebih cepat (Ariyanti, 2020).
Manfaat Prenatal Gentle Yoga untuk Fisik
-
Membantu ibu meningkatkan
energi dan stamina saat melahirkan
-
Melancarkan sirkulasi darah
dan oksigen ke janin
-
Mengatasi sakit punggung dan
pinggang, sembelit, saluran urin yang lemah, pegal-pegal, nyeri di selangkangan
dan bengkak pada sendi
-
Melatih otot dasar panggul
agar lebih kuat dan elastis sehingga mempermudah persalinan.
-
Mempermudah proses
persalinan dengan mengajarkan teknik penguasaan tubuh yang baik sehingga ibu
mampu mengenali f. ketegangan yang datang dengan menjaga tubuh tetap rileks,
menjaga nafas tetap dalam, membuat otot lebih lemas sehingga mempermudah proses
persalinan.
-
Mempercepat pemulihan fisik
dan mengatasi depresi pra persalinan.
-
Menurunkan risiko kelahiran
prematur, diabetes gestasional, pre-eklampsia, dan lainnya.
Manfaat Prenatal Gentle Yoga untuk Fisik
-
Membantu mengurangi stress
pada ibu hamil.
-
Meningkatkan kepercayaan
diri ibu untuk melahirkan dengan lancar.
-
Membantu pikiran menjadi
lebih tenang dan rileks.
Manfaat Prenatal Gentle Yoga untuk Spiritual
-
Memperdalam ikatan batin
antara ibu dan calon bayi.
-
Membantu ibu untuk
berkomunikasi lebih sering dengan calon bayi.
Kontraindikasi Prenatal Gentle Yoga
Beberapa kondisi ibu hamil dilarang berlatih
prenatal gentle yoga (khusus untuk praktek asanas, praktik yoga lainnya tetap
boleh dilakukan) antara lain : Preeklampsi, Placenta praevia, Cervix
incompetent, Tekanan darah > 130/80 mmHg, Hipotensi (systole < 90 mmHg),
Riwayat perdarahan dan keguguran pada kehamilan sebelumnya.
Waktu Tepat Untuk Kelas Prenatalgentle Yoga
-
Mulai Trimester 2 (minggu
ke-14) kehamilan sehat dan normal, program bayi tabung minggu ke-20.
-
Pagi pukul 00 atau 10.00 WIB,
Sore pukul 15.00 atau 16.00 WIB (atau bisa menyesuaikan jadwal pasien dan
instrukturnya)
-
Durasi 30-60 menit.
-
Seminggu 2-4 jadwal kelas.
Tiga Elemen Penting Saat Melakukan Prenatal
Gentle Yoga.
-
Pernafasan : Merupakan kunci
dari kesadaran, juga merupakan simbol dari kehidupan. Nafas dalam prenatal yoga
akan membantu asupan nutrisi dan oksigen untuk perkembangan janin, serta
membantu ibu menjadi lebih rileks dan tenang.
-
Postur : Berfokus pada
latihan otot dasar panggul, panggul, pinggul, paha, dan punggung sehingga
keluhan sakit pinggang, punggung, atau nyeri akibat kehamilan, bisa teratasi
dengan prenatal yoga.
-
Meditasi Dan Relaksasi
Setiap sesi prenatal gentle yoga diakhiri
dengan relaksasi selama 5-10 menit agar
tubuh lebih rileks, tenang, dan damai
Prinsip Prenatal Gentle Yoga
-
Menciptakan ruang (creating
space): Janin membutuhkan ruang gerak selama tumbuh dan berkembang, Gerakan
yang harus selalu dilakukan adalah
dengan memanjangkan torso untuk menciptakan ruangan yang nyaman untuk tubuh dan
janinnya. Sebaiknya hindari gerakan deep twist dan inverse.
-
Otot perut (abdominal
mucle): Otot perut selama kehamilan akan semakin membesar dan terpisah untuk
mengakomodasi pertumbuhan dan perkembangan janin. Gerakan yoga yang dapat
menyebabkan kondisi otot perut semakin buruk sehingga mengganggu proses
pemulihan otot perut harus dihindari.
-
Hormon relaksin: Hormon
relaksin diproduksi lebih banyak selama kehamilan untuk melubrikasi atau
memberi pelumas pada sendi dan jaringan penghubung (connective tissue) serta
otot di dalam tubuh. Ibu hamil harus lebih waspada terhadap gerakan-gerakan
yang dapat membuat tekanan berlebihan pada sendi.
-
Tekanan pada perut (belly
compression): Pose berbaring terlentang dalam jangka waktu yang lama atau poses
memilin perut serta pose tengkurap harus dihindari bagi ibu hamil.
-
Stability : Gerakan harus
mendukung kestabilan dan keseimbangan panggul terutama pada sacrum dan sympisis
pubis. Karena peningkatan hormone relaksin maka area panggul menjadi tidak
stabil. Gerakan yoga sebaiknya membuat panggul selalu stabil dan siap untuk
proses persalinan.
-
Breathing: Breathing
merupakan kunci dalam melakukan gerakan yoga. Ibu hamil harus menghindari
menahan nafas (khumba) selama melakukan gerakan yoga. Individual assessment dan
adjustment: Ibu hamil harus melakukan gerakan yoga dengan aman dan nyaman
tetapi tetap sesuai dengan aturannya (Ariyanti,
2020).
G. Standar Asuhan Kebidanan
Dalam memberikan asuhan bidan memiliki kewenangan yang
telah diatur pada PERMENKES No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan terdapat pada pasal 18 sampai dengan 27. Dalam memberika
pelayanan bidan harus menerapkan standar asuhan kebidanan yang telah diatur
dalam KEPMENKES No. 938/MENKES/SK/VII/2007. Standar tersebut adalah acuan dalam
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
wewenang dan ruang lingkupnya. Standar asuhan kebidanan yaitu:
1.
Standar I (Pengkajian) Bidan
mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
2.
Standar II (Perumusan Diagnosa dan
atau Masalah Kebidanan) Bidan menganalisis data yang diperoleh dari pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan suatu diagnosa
dan masalah kebidanan yang tepat.
3.
Standar III (Perencanaan) Bidan
merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah
ditegakkan.
4.
Standar IV (Implementasi) Bidan
melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada pasien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi
dan rujukan.
5.
Standar V (Evaluasi) Bidan
melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
6.
Standar VI (Pencatatan Asuhan
Kebidanan) Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan
kebidanan. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang disediakan (rekam medis/ KMS/ status pasien/ buku KIA), ditulis
dalam bentuk catatan perkembangan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa dan
Penatalaksanaan).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Hamil
Kunjungan 1
Hari/Tanggal : Sabtu, 10
September 2021
Pukul : 09.15 WIB
Tempat
: PMB Amrina Kota Metro
Nama
: Ny.U Nama
: Tn.E
Umur
: 26 Tahun Umur
: 29 Tahun
Agama
: Islam Agama
: Islam
Suku/Kebangsaan
: Jawa/Indonesia
Suku :
Jawa
Pendidikan : S1 Pendidikan
: DIV
Pekerjaan : IRT Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat : Ganjar Asri Kota Metro
Data
Subkjetif
-
Keluhan utama
: Ibu mengatakan nyeri punggung ringan, nyeri perut bawah dan sering
berkemih
-
Ny.U saat ini hamil 36
minggu dengan kehamilan yang pertama, HPHT 01-01-2022, Menarche 12 tahun,
siklus haid 28 hari
-
Riwayat Kehamilan: Hamil kesatu, Sudah 7 kali
periksa ANC di PMB Amrina, dan klinik dokter. Gerakan janin pertama kali
usia 20 minggu, Tidak ada tanda bahaya dan penyulit kehamilan, Status Imunisasi TT lengkap.
-
Riwayat dan rencana KB : Rencana KB selanjutnya KB
suntik 3 bulan
-
Riwayat kesehatan
Ibu tidak Anemia, Hipertensi,
TBC, Hepatitis, Diabetes, malaria, HIV/AIDS, IMS (Clamidia, Sphilis,
GO, dll) epilepsi, penyakit jiwa, alergi makanan, dan tidak memiliki
penyakit jantung.
-
Ny.U tidak pernah di rawat
di RS dan belum penah oprasi.
-
Status perkawinan : nikah 1 kali, nikah usia 25 tahun.
-
Pola pemenuhan kebutuhan dasar
selama kehamilan : Makan 3 kali sehari
(Nasi, sayur, lauk), Porsi Satu
piring. Minum 8 gelas sehari air mineral
-
Eliminasi BAK 10-15 kali
sehari, keluhannya lebih sering berkemih. BAB 1 kali sehari.
-
Aktivitas Mengerjakan
pekerjaan rumah
-
Kegiatan istirahat
berupa : Tidur malah kurang lebih 8 jam dan jarang
melakukan tidur siang.
-
Hubungan seksual : 1 kali
seminggu
-
Pola kebiasaan : tidak minum jamu, minum obat selain fitamin, tidak
mengonsumsi rokok, alcohol, ataupun psikotropika lainnya.
-
Riwayat psikologi : tidak
merasakan cemas, Respon ibu dan keluarga terhadap
kehamilan sangat bahagia akan kehamilannya dan mendukung, Pembuat keputusan
dalam keluarga Suami, Rencana tempat
persalinan Bidan Amrina, Penolong persalinan Bidan, Rencana Rujukan bila Terjadi
Kegawatan RS Muhammadiyah, Calon pendonor darah: Keluarga
(sepupu), Transportasi yang digunakan saat hendak bersalinan atau dalam keadaan
darurat kendaraan pribadi.
-
Persiapan pendanaan
persalinan/kegawatdaruratan sudah tersedia
Data Obyektif
-
Keadaan umum Baik, Kesadaran Composmentis
-
TB 154 cm, BB Sekarang 65 kg, BB Sebelum Hamil 55 kg,
IMT 23 Tekanan Darah 110/70mmhg, Suhu 36,4°C,
Pernafasan 20x/menit, LILA 24 cm, Nadi 78x/menit.
-
Pemeriksaan fisik dalam
batas normal, Kolostrum belum keluar
-
Palpasi abdomen :
Leopold I
: Pada bagian fundus ibu teraba bulat, lunak, tidak melenting yang berarti
bokong.
Leopold II
: Pada perut bagian kiri ibu teraba keras, memanjang seperti papan yang berarti
punggung. Pada perut bagian kanan ibu teraba bagian kecil dan kosong yang
berarti ekstremitas
Leopold III
: Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting yang berarti
kepala. Kepala sudah memasuki PAP.
Leopold IV
: Divergen, penurunan kepala bayi 4/5.
TFU (Mcdonald)
30 cm. TBJ: 2.592 gram, Auskultasi : DJJ
142x/mnt, reguler
His/kontraksi belum ada.
-
Ekstremitas tidak ada
varises, tidak bengkak, reflek patella positif
-
Pemeriksaan laboratorium
dilakukan pada tanggal 8 September 2022, Hb 12,2 gr/dl, HbsAg Negative (HIV) Negative, Sifilis Negative,
Protein Negative Glukosa/reduksi
Negative. Dan Hasil USG janin dalam keadaan normal
ASSESSMENT
Diagnosa : G1P0A0,
usia kehamilan 36 minggu belum inpartu
presentasi kepala, janin tunggal hidup intrauterin dalam keadaan normal.
Masalah :
Ketidaknyamanan ibu hamil trimester 3
PERENCANAAN
-
Menginformasikan kepada ibu bahwa kondisi ibu saat ini baik.
TD 110/70 mmHg, Nadi 78x/m, P 20 kali/menit, S 36,4˚C, TFU Mc Donal 30 cm,
bagian atas teraba bokong, bagian kiri teraba punggung, bagian bawah teraba
kepala, kepala sudah masuk PAP, DJJ 142x/menit, TBJ : 2.592 gram. (Ibu paham akan
kondisinya saat ini).
-
Memberikan edukasi pada ibu tentang ketidaknyamanan
fisiologis pada trimester tiga, yaitu sering berkemih, varises dan wasir, sesak
nafas, bengkak dan kram pada kaki, gangguan tidur dan mudah lelah, nyeri perut
bawah, hearthburn, kontraksi Braxton Hicks.
-
Menjelaskan pada ibu bahwa sering berkemih merupakan hal
normal akibat dari perubahan yang terjadi selama kehamilan, menganjurkan ibu
mengurangi asupan cairan berlebih 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak
akan terganggu.
-
Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri perut bawah disebabkan oleh
semakin membesarnya uterus sehingga keluar dari rongga panggul menuju rongga abdomen.
Menganjurkan ibu untuk menghindari berdiri secara tiba-tiba dari posisi
jongkok. Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik, sehingga memperingan gejala
nyeri perut bawah. (Ibu
memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan menerima anjuran yang diberikan,
serta bersedia melakukannya dirumah).
-
Menganjurkan ibu makan makanan dengan gizi seimbang dan dengan
tetap menjaga pola makan dengan prinsip “isi piringku”.
-
Menganjurkan ibu istirahat disiang hari lebih lama 2-3 jam
dan mengurangi aktifitas fisik di rumah dengan membatasi beberapa kerja berat
serta meminta peran suami dalam memantau aktifitas ibu untuk mengurangi pusing
dan cepat lelah.
-
Menganjurkan ibu untuk memperbaiki sikap tubuhnya, terutama
saat duduk dan tidur. Hindari duduk dengan posisi kedua kaki menggantung karena
akan meningkatkan tekanan akibat gaya gravitasi yang akan menimbulkan bengkak.
Hindari menggunakan pakaian yang ketat dan berdiri lama duduk tanpa adanya
sandaran. Anjurkan ibu untuk merendam kaki dengan air untuk mengurangi pembengkakkan
sirkulasi darah. (Ibu
memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan menerima anjuran yang diberikan,
serta bersedia melakukannya dirumah).
-
Memberi edukasi tentang tanda bahaya pada kehamilan
diantaranya yaitu sakit kepala berlebih, panas tinggi, air ketuban keluar
sebelum waktunya, dan gerakan janin berkurang. (Ibu
memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan akan berhati – hati jika ada tanda
bahaya pada kehamilan).
-
Melanjutkan pemberian tablet fe dan kalsium dengan membekali
ibu 10 tablet fe diminum 1 jam sebelum tidur pada malam hari dan 10 tablet
kalsium diminum pagi hari. Ibu menerima tablet fe
yang diberikan dan bersedia minum sesuai anjuran
-
Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal 27 September 2022
dan bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah bila tidak datang, tetapi segera
ke faskes bila mengalami keluhan. (Ibu mengerti dan sepakat akan waktu kunjungan ulang yang
ditetapkan).
CATATAN KUNJUNGAN
KEHAMILAN KE 2
Tanggal :
27-09-2022, Pukul 08:30
WIB
Subyektif
-
Ibu Ingin memeriksakan kehamilan sesuai jadwal
yang ditentukan
-
Mengatakan nyeri perut bawah sudah berkurang dan istirahat
cukup
-
Mengeluh nyeri punggung
Obyektif
BB 65 kg, TD 100/70mmHg, N 80 x/menit, P 20
x/menit, S 36,6 ˚C ,
TFU 32 cm, PUKA, PresKep, DJJ 140 x/menit, payudara sudah keluar
kolostrum, tungkai tidak edema, UK
38
minggu 2 hari.
Assasment
G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu 2 hari presentasi kepala, janin tunggal hidup intra uterin
persentasi kepala
keadaan normal.
Perencanaan
-
Menginformasikan ibu bahwa hasil pemeriksaan baik dan dalam
batas normal BB 65 kg, TD : 110/70mmHg, N 80 x/menit, P 20 x/menit, S 36,6 ˚C , TFU 32 cm, PresKep,
DJJ 140 x/menit, UK 38 minggu 2 hari. (Ibu paham akan kondisinya saat ini).
-
Memberikan edukasi pada ibu tentang induksi alami yang bisa
dilakukan secara mandiri yakni berhubungan seksual dengan suami selama beberapa
hari kedepan, untuk merangsang persalinan. Saat berhubungan, hormon-hormon dalam tubuh ibu
hamil yang merangsang persalinan bisa meningkat jumlahnya. Kemudian melakukan rangsang
puting untuk meningkatkan hormon oksitosin pada ibu. Produksi hormon oksitosin yang
meningkat saat orgasme dan rangsang putting dapat menyebabkan kontraksi pada
ibu hamil. Kontraksi ini kemudian dapat memicu ibu hamil untuk bersalin. (Ibu memahami apa yang
disampaikan oleh bidan dan menerima anjuran yang diberikan, serta bersedia
melakukannya dirumah).
-
Memberikan edukasi pada ibu bahwa nyeri pinggang adalah hal
normal dalam TM 3 ketika menjelang persalinan begitupula dengan perut terasa
kencang, ibu akan menjumpai kontraksi palsu yang tandanya persalinan akan
semakin dekat. (Ibu
memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan menerima anjuran yang diberikan,
serta bersedia melakukannya dirumah).
-
Menganjurkan ibu untuk membatasi aktifitas seperti terlalu
lama berdiri, terlalu sering berjalan tanpa istirahat serta memposisikan tidur
dengan baik yaitu dengan miring kiri dan kanan,
-
Melakukan pijatan dibagian nyeri sembari mengatur pola nafas
ibu. (Ibu
memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan menerima anjuran yang diberikan,
serta bersedia melakukannya dirumah).
-
Memberitahu kebutuhan ibu hamil ditrimester akhir, yaitu
tetap makan dengan gizi seimbang, istirahat cukup, sering berjalan dipagi hari.
(Ibu memahami apa yang
disampaikan oleh bidan dan menerima anjuran yang diberikan, serta bersedia
melakukannya dirumah).
-
Melakukan teknik relaksasi dirumah secara mandiri dan tetap
menjaga kesehatan tubuh
-
Memberitahu ibu tanda – tanda
persalinan seperti perut terasa mulas – mulas teratur timbulnya semakin sering
dan lama, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan
ketuban dari jalan lahir. (Ibu memahami apa yang disampaikan oleh bidan).
-
Memberitahu ibu untuk mempersiapakan persalinan seperti
kebutuhan bayi, mental serta energi ibu, materi, transportasi, pendonor, dan
pendamping persalinan. (Ibu memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan bersedia
mempersiapkan segala nya).
-
Memberi semangat dan dukungan pada ibu bahwa persalinan merupakan
hal yang sangat mulia bagi seorang ibu, support bahwa ibu bisa melewati
persalinan dengan lancar. Anjurkan untuk sering mengelus perut dan seolah
berbicara pada bayi untuk mendukung ibu melahirkan. (Ibu terlihat senang dan bersemangat
menjelang persalinan).
-
Melanjutkan pemberian tablet fe dengan membekali ibu 10
tablet zat besi diminum 1 jam sebelum tidur pada malam hari. (Ibu menerima tablet fe
yang diberikan dan bersedia minum sesuai anjuran).
-
Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal 7 oktober 2022 atau
jika ada keluhan. (Ibu
mengerti dan sepakat akan waktu kunjungan ulang yang ditetapkan).
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin
1.
Catatan
Laporan Persalinan Kala I Tanggal 05-10-2022, Pukul : 03.00 WIB
Subyektif
Ibu
mengatakan perutnya terasa mulas - mulas sejak pukul 01:00 WIB, keluar lendir darah pukul serta
nyeri pinggang dari belakang menjalar kedepan.
Obyektif
BB 66 kg, TD : 120/80mmHg, Nadi : 82
x/menit, S 36,4
˚C , TFU 32 cm,
PUKA, DJJ 144 x/menit,
Pembukaan 2 cm,
Ketuban (+), Lendir
dan Darah (+), Portio
tebal lunak, His
3x/10’/30”, Hodge 1, Preskep.
Assasment
G1P0A0
usia kehamilan 39 minggu 5 hari, inpartu kala I fase laten, janin
tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala.
Perencanaan
-
Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan
janin dalam batas normal, kontraksi masih jarang namun semakin lama akan
semakin sering, kepala janin masih tinggi, dan pembukaan 2 cm. (Ibu paham akan
kondisinya saat ini).
-
Menginformasikan ibu tentang prosedur
tindakan pertolongan persalinan yang akan dilakukan
-
Minta ibu dan keluarga untuk membaca
dengan seksama surat inform consent/persetujuan dengan baik kemudian
ditandatangani. (Ibu
dan keluarga memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan menandatangani inform
consent).
-
Memberitahu ibu akan dilakukan
pemeriksaan dalam per 4 jam sekali atau jika perlu,
TTV dan DJJ per setengah jam sekali. (Ibu memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan bersedia).
-
Memberikan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
•
Mengatur posisi ibu senyaman mungkin, ibu boleh istirahat,
berjalan – jalan, yoga menjelang persalinan dan bermain gymball untuk
mempercepat proses penurunan kepala
bayi.
•
Memberikan makan atau minum disela – sela kontraksi untuk
menjaga energi ibu.
•
Menganjurkan BAK per 2 jam atau jika ingin.
•
Menemani ibu sesekali disaat kontraksi sedang berlangsung.
•
Memberikan akrupesur nyeri persalinan pada ibu.
•
Mengingatkan kembali teknik relaksasi bila dirasakan
kontraksi. (Ibu
merasa lebih rileks).
-
Melakukan pemantauan kala I, yakni kondisi ibu dan janin
serta bagaimana kemajuan persalinan yang ada dengan melakukan pencatatan pada
lembar partograf. (Kondisi
ibu dan janin baik).
-
Memberikan dukungan dan motivasi pada ibu dalam proses persalinan, yakinkan
ibu bahwa ibu pasti bisa. (Ibu tampak bertenaga).
-
Minta suami untuk terus mendukung dan mendampingi ibu selama
proses bersalin.
Observasi Kala 1
Jam |
Nadi |
His |
Djj |
TD/ Suhu |
VT |
03.00 |
82 |
3x/10’/30” |
144 |
120/80mmhg 36,4 0C |
Vt 2cm,
portio tebal lunak, hodge 1, ket (+), penyusupan (-) |
03.30 |
82 |
3x/10’/30” |
146 |
|
|
04.00 |
80 |
3x/10’/30” |
138 |
|
|
04.30 |
82 |
3x/10’/35” |
132 |
|
|
05.00 |
82 |
3x/10’/35” |
144 |
120/80mmhg 36,6 0C |
|
05.30 |
82 |
3x/10’/40” |
140 |
|
|
06.00 |
82 |
3x/10’/40” |
140 |
|
|
06.30 |
84 |
4x/10’/40” |
144 |
|
|
07.00 |
85 |
4x/10’/40” |
150 |
110/80mmhg 36,6 0C |
Vt 8 cm,
portio tipis, hodge II+, ket (+), penyusupan (-) |
07.30 |
84 |
4x/10’/45” |
133 |
|
Vt 10 cm,
hodge III, ket pecah spontan jernih, penyusupan (-) |
08.00 |
84 |
4x/10’/45” |
130 |
|
Vt 10 cm,
hodge VI, atur posisi persiapan meneran |
Catatan Laporan Persalinan Kala II Tanggal 05-10-2022, Pukul : 07.30 WIB
Assament
Ibu merasakan Mules semakin kuat dan
semakin lama, terasa ada dorongan untuk meneran, terasa ada air yang keluar
dari jalan lahir.
Obyektif
Ibu terlihat menahan sakit dan rasa ingin meneran kuat,
TD : 110/80mmHg, Nadi : 84 x/menit, DJJ 133 x/menit,
Penurunan kepala
hodge III+,
Pembukaan 10 cm, Ketuban (-), Lendir dan darah semakin banyak,
Portio tipis, His 4x/10’/45, UUK di depan.
Assasment
G1P0A0 Inpartu
kala II janin tunggal hidup, presentasi
belakang kepala.
Penatalaksanaan
-
Memberi tahu ibu bahwa pembukaan lengkap dan saat melahirkan
telah tiba. (Ibu
paham akan konidisinya).
-
Meminta suami untuk tetap mendampingi dan memberi semangat
pada ibu. (Ibu
paham akan konidisinya).
-
Mempersiapkan diri (APD) dan alat didekatkan. APD lengkap terpasang,
alat siap
-
Memantau kontraksi dan DJJ setiap 15 menit. Kontraksi dan DJJ
normal bagus
-
Menganjurkan ibu untuk memilih posisi
meneran yang nyaman. (Ibu memilih posisi setengah duduk dengan posisi meneran).
-
Membimbing ibu untuk meneran
secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal. (Sudah baik).
-
Melakukan pertolongan untuk
melahirkan bayi:
·
Setelah tampak kepala bayi
dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang
kepala untuk mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala.
·
Setelah kepala lahir, tunggu
putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan
·
Setelah putaran paksi luar
selesai, pegang kepala bayi secara biparental. Arahkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
·
Setelah kedua bahu lahir,
geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
·
Setelah
tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong.
tungkai dan kaki.
-
Lakukan
penilaian (selintas) yaitu : bayi menangis kuat, kulit kemerahan dan bergerak
aktif. (Bayi kemerahan dan tidak
langsung menangis).
-
Melakukan
pemotongan tali pusat sesuai dengan standar asuhan APN yaitu dengan pegang tali
pusat dengan satu tangan sekitar 5 cm dari pusar bayi urut 3 cm kearah pusat
bayi lalu klem, urut lagi 5 cm ke arah ibu dan klem 2 cm dari klem pertama. (Tali pusat sudah terpotong)
-
Melakukan resusitasi
haikal lalu Keringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya, tanpa membersihkan
verniks. Memastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah
ibu. (Bayi lahir pukul 08.35 wib).
-
Melakukan Dokumentasi
-
Melakukan
Inisiasi menyusu dini (IMD) pada bayi dengan cara, letakkan bayi diatas
perut ibu dan kepala bayi tepat berada diantara kedua payudara ibu, biarkan
bayi mencari puting susu ibu secara mandiri. (Bayi
menyusu dengan baik dan dapat mencari putting)
-
Menyelimuti ibu-bayi
dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi
melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu selama 30 – 60menit. (Bayi mencari putting dan mulai menyusu).
2.
Catatan
Laporan Persalinan Kala III
Catatan Perkembangan Tanggal:
05-10-2022, Pukul: 08: 40WIB
Subyektif
Ibu merasa bahagia atas kelahiran bayinya
Obyektif
Ibu tersenyum bahagia, TD 110/78 mmHg, N 84 x/menit, tidak ada janin ke dua,
tali pusat belum dipotong, bayi menangis, TFU sepusat lebih sedikit, kontraksi
uterus kuat.
Assasment
P1A0 partus
kala III
Pelaksanaan
-
Melakukan pengosongan urin
-
Memberitahu kondisi ibu baik dan akan dilakukan penanganan
untuk membantu melahirkan plasenta. (Ibu paham akan kondisinya saat ini).
-
Memastikan tidak ada janin
kedua. (Fundus
teraba berkontraksi dan tidak ada janin kedua).
-
Memberitahu ibu bahwa ia akan
disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
-
Setelah 1 menit bayi lahir,
menyuntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin). (Oksitosin sudah masuk).
-
Menjepit dan memotong tali
pusat. Kemudian mengikat tali pusat dengan penjepit. (Tali pusat terpotong
tanpa ada kelainan).
-
Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT), dengan cara :
·
Pindahkan klem sekitar 5-10 cm
dari vulva
·
Satu tangan berada di atas
simfisis dan tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat
·
Setelah uterus berkontraksi,
tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain melakukan tekanan
dorso-kranial. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga unterus berkontraksi
kembali.
·
Pada saat kontraksi berikutnya
terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso-kranial
hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang
menandakan plasenta telah lepas dari dinding uterus (bentuk uterus globuler dan
tali pusat menjulur ke luar)
·
adanya tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu : uterus berbentuk globuler, tali pusat bertambah panjang,
adanya semburan darah tiba-tiba
·
Pada saat plasenta terlihat di
introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan
menopang plasenta dengan tangan lainnya. Kemudian pegang dan putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin, lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. (Tali pusat lahir lengkap tanda tidak ada sisa)
-
Memeriksa kelengkapan plasenta, pastikan plasenta lengkap. (Plasenta lengkap)
-
Melakukan pendokumentasian
3.
Catatan Laporan Persalinan Kala IV
Catatan Perkembangan
Tanggal: 05-10-2022, Pukul: 08.50 WIB
Subyektif
Perut masih terasa mulas-mulas, dan seperti ada yang keluar dari jalan
lahir dengan spontan.
Obyektif
Ibu mengelus bayi, TD 110/70 mmHg, N 80 x/menit,
plasenta lahir lengkap pukul 08.40 WIB, tali pusat 10 cm, posisi
central plasenta, berat 500 gram, kotiledon lengkap,
luka perineum derajat 1, perkiraan jumlah darah 100 cc.
Assasment
P1A0 Kala IV dengan rupture perineum derajat 2
Pelaksanaan
-
Melakukan segera masase
uterus ketika plasenta sudah keluar. (Massase dilakukan dengan baik, kontraksi baik).
-
melakukan klarifikasi
derajat luka perineum.
-
Menilai jumlah darah yang
keluar yakni 80 cc. (Pengeluaran darah normal)
-
Memsastikan kontraksi uterus
baik, ibu merasa mulas. (Ibu masih terasa mules)
-
Memberitahu
bahwa kondisi ibu dalam keadaan normal. (Ibu paham akan kondisinya)
-
Melakukan
hecting perineum. (Jahitan laserasi derajat 1)
·
Membersihkan
vagina dari bekuan darah
·
Memasukan
tampon vagina agar darah tidak menghalangi saat di hecting
·
Menyuntikan
lidokain pada area luka
·
Melakukan
penjahitan subkutikuler
·
Memeriksa
kondisi jahitan apakah rapat dan tidak mengenai anus
·
Mengeluarkan
tampon vagina
·
Memprediksi
jumlah darah
·
Membersihkan
dan merapihkan ibu.
-
Menganjurkan
ibu dan keluarga untuk melakukan masase uterus searah jarum jam. (Ibu memahami apa yang disampaikan oleh bidan
dan bersedia massase)
-
Mejelaskan
tanda bahaya kala IV perdarahan jalan lahir
banyak, tidak mulas, uterus lembek, sesak dan beritahu
keluarga untuk memberi makanan/minuman pada ibu. (Ibu memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan lebih berhati –hati
jika terdapat tanda bahaya)
-
Menganjurkan
mobilisasi dini 2 jam setelah melahirkan miring kanan/kiri. (Ibu memahami apa yang disampaikan oleh bidan)
-
Melakukan pemantauan ibu post partum meliputi TFU, kontraksi
uterus, kandung kemih, jahitan dan perdarahan yang dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 1 jam kedua.
-
Tetap
melakukan IMD sampai 1 jam, biarkan bayi mencari putting ibunya dan pastikan
jalan nafas bayi tidak tertutup. (menerima anjuran yang
diberikan, dan bersedia melakukannya dirumah).
4.
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Subyektif
Nama Bayi : By.Ny.U
Jam lahir : 08.35 WIB
Tanggal Lahir : 05 Oktober 2022
Lahir usia kehamilan : 39 minggu 5 hari
Jenis persalinan : Spontan
Obyektif
Bayi lahir cukup bulan, tidak langsung menangis, tonus otot
kurang baik, kulit kemerahan, tidak ada kecacatatan.
Air ketuban jernih tidak ada meconium
Jenis kelamin perempuan, BB 3200gram, Pb 47 cm, lk 34cm,anus
(+), a/s 8/9
Pemeriksaan fisik yang lain dalam batas normal.
Assesment
Bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan
spontan pervaginam Dengan asfiksia ringan
Masalah : Asfiksia Ringan
Kebutuhan : penilaian awal, resusitasi, observasi
Perencanaan
-
Membersihkan
jalan nafas, isap lendir dari hidung dan mulut agar suplai oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang
adekuat.
-
Memberitahu ibu bahwa kondisi bayinya mengalami
asfiksia sedang, bayi menangis merintih, bernafas spontan dan rgerakan nampak
lemah, warna kulit kemerah-merahan. (Ibu paham akan kondisi bayinya).
-
Kolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang lain untuk Melakukan resusitasi HAIKAL lalu
melakukan penilaian. Bayi menangis kuat, aktif, kemerahan. Ibu dan keluarga
nampak senang
-
Menjaga
kehangatan bayi, pastian skin to skin dengan ibu dan selimuti bayi. (Suhu
bayi stabil)
-
Melakukan
injeksi vit K 0,5 ml di paha kiri bayi secara IM untuk membantu pembekuan darah
dan mencegah perdarahan yang berlebihan
dan memberikan salep mata. (Tali pusat sudah
terpotong).
-
Melakukan
pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala. BB
: 3200 gram, PB
: 47 cm LK
: 34 cm, anus (+), tidak ada
cacat bawaan.
-
PENDEKUMENTASIAN
5.
Catatan Perkembangan Neonatus 2 Jam
Subyektif
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya
Bayi berhasil melakukan IMD ± 1 jam
Bayi belum BAB
Obyektif
-
Keadaan Umum Baik, Pernafasan 42 x/menit,
Suhu
36,8ºC, Nadi 128 x/menit
-
Kepala : Simetris kiri
dan kanan, tidak ada kaput sucedenum, tidak ada chepal hematoma,UUB belum menutup
rambut hitam tipis dan halus
-
Mata : Simetris kiri
dan kanan, pupil bereaksi dengan baik, slera putih dan tidak ikterus dan
konjungtifa merah muda
-
Mulut : Tidak ada
lendir, tidak ada kelainan pada pallatum
-
Leher : Tidak ada
pembesaran, pembekakan dan nyeri tekan di tandai dengan bayi tidak menangis
-
Dada dan perut: Simetris kiri
dan kanan, gerakan dada sesuai dengan nafas bayi tidak ada tonjolan dada pada
bayi, tonus otot bayi baik, tali pusat masih basah
-
Punggung dan bokong : Tidak ada
tonjolan pada tulang belakang
-
Genetalia dan anus : Tidak ada
kelainan pada genetalia, skrotum sudah turun ke testis dan terdapat lubang
uretra pada penis.
-
Ekstremitas: Pergerakan
aktif, jari kanan dan kiri lengkap, kaki dan tangan teraba hangat
-
Pemeriksaan Reflek : Rooting , Moro, Walking, Graphing, Sucking, Babinski semuanya (+)
positif.
Assasment
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2
jam
Pelaksanaan
-
Memberitahu ibu dan keluarga
bahwa kondisi bayi normal tidak ada kelainan maupun cacat fisik. (Ibu paham kondisi
bayinya).
-
Melakukan perawatan pada tali
pusat, yaitu dengan membalut tali pusat dengan kassa steril tanpa diberi
apapun. Pastikan tali pusat bersih dan tidak luka atau berbau. (Tali pusat terbalut
kassa).
-
Menjaga kehangatan bayi,
pakaikan baju dan topi pada bayi. Anjurkan keluarga untuk memastikan bayi
berada dalam keadaaan hangat dan segera mengganti pakaian bayi jika terasa
pakainnya basah. (Suhu
tubuh bayi stabil)
-
Memberikan penyuntikan Hb0
0,5 ml di paha kanan bayi secara IM untuk mencegah virus hepatitis. (Bayi sudah disuntik HB0)
-
Minta ibu untuk menyusui sesering mungkin atau per 2 jam
sekali. (Ibu
paham dan akan mengikuti anjuran bidan)
-
Melakukan rooming in dan
memberikan pengertian bagi ibu tentang rooming in sejak dini antara ibu dengan
bayi yang berguna untuk menjalin kedekatan emosional. (Ibu dan bayi dalam satu ruangan
perawatan)
-
Menjelaskan
tanda – tanda bahaya pada bayi antara lain : bayi tidak mau menyusui, lemah,
demam, sesak nafas, kulit kuning, bayi merintih, mengigil, kejang, tali pusar
kemerahan, mata bernanah, diare >3xsehari. (Ibu paham akan
penjelasan bidan dan lebih hati – hati terhadap tanda bahayayang ada).
6.
Catatan Laporan Nifas
Kunjungan 6 Jam Postpartum
Perkembangan Kunjungan Nifas 1
Tanggal: 05-10-2022, Pukul:
14.30 WIB
Subyektif
Ibu mengatakan perut masih terasa mulas dan mulai
terasa nyeri pada luka jahitan
Ibu sudah bisa miring kanan kiri, duduk, berjalan pelan, Ibu sudah BAK dan mandi dibantu suami.
Obyektif
Ibu terlihat membaik
TD : 110/70mmHg, N 82 x/menit, P 19 x/menit, S 36,3 ˚C, TFU 2 jari ↓ pusat,
Kontraksi keras,Kandung kemih kosong, Perdarahan 30 cc, Lokhea Rubra, Colostrum sudah keluar.
Assasment
P1A0 postpartum 6 jam.
Pelaksanaan
-
Memberitahu ibu bahwa kondisinya saat ini dalam
keadaan normal, rasa mulas di perut adalah hal yang fisologis pasca persalinan.
(Ibu paham akan
kondisinya saat ini).
-
Memberitahu kebutuhan ibu nifas seperti :
·
Makan makanan bergizi untuk menjaga energi serta
nutrisi yang terkandung dalam ASI bagi si bayi. Terutama makan makanan
mengandung protein seperti telur untuk mempercepat penyembuhan luka jaitan pada
perineum.
·
Istirahat cukup, anjurkan ibu mengatur pola tidur
dengan baik. (Ibu
memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan menerima anjuran yang diberikan,
serta bersedia melakukannya dirumah).
-
Mengajarkan ibu perawatan payudara dan teknik
menyusui yang benar.
-
Mengajarkan ibu dan keluarga masase searah jarum
jam, untuk menjaga kontraksi dan mencegah perdarahan.
-
Menganjurkan ibu untuk tetap menajaga kebersihan
diri seperti membersihkan daerah kemaluan dengan air
mengalir serta menjaga payudara tetap bersih kering.
-
Menganjurkan kepada ibu untuk
menyusui sesering mungkin atau per 2 jam sekali (on demand). (Ibu memahami apa yang
disampaikan oleh bidan dan menerima anjuran yang diberikan, serta bersedia
melakukannya dirumah).
-
Menjelaskan tanda bahaya ibu nifas : Pendarahan setelah
melahirkan, Suhu tubuh meningkat, Sakit kepala, penglihatan kabur, Oedem pada
wajah, Depresi yang berlebihan, Perubahan bentuk fisik, Ibu mengalami baby
blues. (Ibu
memahami apa yang disampaikan oleh bidan dan lebih berhati hati terhadap bahay
yang mungkin terkajdi).
-
Memberikan vitamin A
dan Tablet Fe pada ibu yang berguna untuk mencegah anemia yang akan berdampak
pada bayi. (Ibu
bersedia meminum terapi yang diberikan).
-
Memberikan informasi kunjungan ulang setelah
pasca persalinan yakni 6 hari kemudian. (Ibu bersedia meminum
terapi yang diberikan).
7.
Catatan Perkembangan Nifas Ke-2
Kunjungan ke-2, 11 – 10- 2022 , Pukul 08.30 WIB
Subyektif
Ibu mengatakan ASI yang keluar lancar, dan
tidak ada keluhan.
Pola Makan 3x sehari, Minum Air Putih ± 8
gelas/hari
Ibu mengatakan BAK ± 5-6 x/hari, BAB 1x/hari,
Tidak ada keluhan
Ibu mengatakan pola istirahat mengikuti pola
bayi tidur.
Ibu mengatakan sudah melakukan kegiatan rumah
tangga seperti menyapu, mencuci piring, memasak, mengurus kedua anaknya.
Obyektif
Keadaan Umum baik, Kesadaran composmentis,
Tekatanan darah 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,20C,
keadaan muka tidak pucat, payudara tidak bengkak, puting menonjol tidak ada
lecet, ASI lancar, tinggi fundus uteri pertengahan simfisis – pusat,
pengeluaran locheanya yaitu lochea sanguinolenta, luka jaitan sudah kering pada
kulit perineum, pada ekstremitas tidak pucat dan tidak ada tromboflebitis pada tungkai.
Assasment
P1A0 Postpartum 6 hari
Pelaksanaan
-
Menjelaskan kepada ibu
hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu normal dengan TD: 110/70 mmHg, luka
jahitannya bagus, tidak ada tanda – tanda infeksi dan jahitan sudah kering,
keadaan ibu sehat, kontraksi uterus baik, pengeluaran darah normal, dan TFU
pertengahan pusat-simfisis. (Ibu mengerti dan terlihat senang).
-
Mengingatkan ibu untuk
tetap memberikan ASI setiap 2-3 jam atau semaunya bayi (on demand), dan memberikan
ASI Eksklusif selama 6 bulan tanpa MP-ASI dan Menjelaskan pada ibu cara
perawatan pada payudara yaitu menjaganya agar tetap bersih serta menggunakan
bra yang menyokong payudara. (Ibu telah melakukannya).
-
Menjelaskan kepada ibu
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan gizi seimbang yakni makan-makanan yang
mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, protein seperti telur, ikan, tahu,
tempe, lemak seperti daging, vitamin dan mineral seperti sayur dan buah. (Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya).
-
Mengingatkan kembali
kepada ibu untuk menjaga pola istirahat tidur dengan tidur malam ± 7-8 jam/hari
dan tidur siang ± 2 jam hari untuk menghindari stress akibat kelelahan, (Ibu
mengerti dengan penjelasan Bidan ).
-
Mengingatkan kembali
kepada ibu untuk menjaga kebersihkan pada daerah kemaluan dengan
membersihkannya dari arah depan ke belakang setiap habis BAK dan ganti pembalut
setiap 4 jam/hari, Meminta ibu tidak memegang luka jahitnya. (Ibu mengerti dan
mau melakukanya)
-
Menganjurkan dan
Mengajarkan ibu senam nifas yang bertujuan untuk memulihkan kondisi otot-otot
diarea perut dan panggul. (Ibu mengerti dan mau melakukannya)
-
Menjelaskan kepada ibu
untuk tidak melakukan rutinitas rumah tangga yang terlalu berat-berat (Ibu
mengerti dan akan melakukannya).
-
Menganjurkan ibu untuk
menunda melakukan hubungan seksual sampai darah merah berhenti. (Ibu bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan).
-
Mengingatkan kembali
pada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas yakni sakit kepala hebat, nyeri
perut hebat, pandangan mata kabur atau berkunang-kunang, ada keluar darah dari
jalan lahir, rasa nyeri, merah, bengkak pada tungkai, payudara bengkak,
bernanah, merah, disertai demam, dan cairan yang keluar dari alat kemaluan
berbau busuk dan segeralah periksa jika ibu mengalami tanda bahaya tersebut. (Ibu
dapat mengulangi tanda-tanda bahaya masa nifas).
-
Mengingatkan ibu untuk
kunjungan ulang pascabersalin yaitu pada tanggal 19 oktober 2022. (Ibu mengerti
dan akan melakukannya)
8.
Catatan
Laporan Nifas Kunjungan 19
Hari Postpartum
Catatan Perkembangan Kunjungan
Nifas 3 Tanggal: 19 oktober 2022 Pukul: 10.00
wib
Subyektif
Ibu mengatakan kondisinya sehat dan tidak ada keluhan
Pola Makan, Pola Eliminasi, Pola Istirahat, Personal
Hygine tidak ada keluhan
Ibu dan keluarga merasa bahagia atas kelahiran bayi.
Obyektif
Keadaan umum baik, Kesadaran Compos mentis, TD :
120/70 mmHg, N: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, T: 36,40C, keadaan muka
tidak pucat, ASI (+), tinggi fundus uteri sudah tidak teraba lagi, pengeluaran
locheanya yaitu lochea sarosa, pada ekstremitas tidak pucat dan tidak ada
tromboflebitis pada tungkai.
Assasment
P1A0 Postpartum 14 hari
Pelaksanaan
-
Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu baik, hasil pemeriksaan
yang dilakukan yaitu TD 120/70 mmHg, nadi 78 x/mnt, RR 20 x/mnt, suhu 36,40C,
TFU tidak teraba. (ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
-
Mengingatkan kepada ibu untuk makan makanan yang banyak
mengandung zat besi seperti daging, telur, kacang-kacangan, sayur-sayuran hijau
dan juga minum air putih minimal 14 gelas sehari untuk memperlancar ASI. (ibu
mengerti dan sudah mengkonsumsi makanan yang dianjurkan)
-
Menganjurkan ibu untuk menjaga pola istirahat yang cukup
yaitu malam 6-8 jam dan siang 1-2 jam. (ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
-
Menganjurkan dan memberikan KIE pada ibu tentang berbagai
macam metode kontraepsi untuk menunda kehamilan, kelebihan maupun
kekurangannya. (Ibu mengerti dan akan merencanakan terlebih dahulu dengan suaminya)
-
Menjelaskan kepada ibu untuk menunda
berhubungan dengan suami sampai 40 hari atau minggu setelah
melahirkan supaya organ reproduksi ibu lebih cepat pulih, ibu mengerti.
-
Memberikan konseling tentang Kontrasepsi
dan efek
samping kepada ibu, seperti KB pil, suntik, implant, dan IUD, ibu
mengerti tentang penjelasan yang disampaikan
-
Membantu ibu untuk mengambil keputusan
dalam ber-KB, ibu memilih akan menggunakan kontrasepsi Suntik 3 Bulan.
-
Mengingatkan ibu jadwal imunisasi BCG dan polio 1 anak pada
tanggal 30 oktober 2022 dan membawa buku pink. (Ibu mengerti)
Tanda Tangan Pembuat Laporan
(Ota Andriyani)
Tanda Tangan Pembimbing Institusi Tanda Tangan Pembimbing
Lahan
(Yulita Ningsih,S.SiT.,M.Kes.) (Ayuni Jaya,
S.Tr.Keb.)
BAB
IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan
asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.U di Praktik Mandiri Bidan Amrina
Kota Metro tahun 2022, penulis akan membahas tentang ada atau tidaknya
kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik yang telah penulis lakukan
saat melaksanakan pengkajian dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir hingga masa nifas. Pengkajian ini dilakukan mulai pada September 2022
sampai dengan Oktober 2022 di PMB Amrina Kota Metro dengan cara mengumpulkan
data subjektif, objektif, menganalisa, serta melakukan penatalaksnaan sesuai
dengan asuhan kebidanan.
A.
Asuhan Kebidanan Kehamilan
Berdasarkan pengumpulan data subjektif
pada Ny.“U”, ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama dan tidak pernah
mengalami keguguran sebelumnya, ibu mengatakan terakhir menstruasi Hari Pertama
Haid Terakhirnya (HPHT) pada tanggal 01 januari 2022 yang kemudian dari HPHT
dapat ditentukan taksiran persalinan ibu yaitu pada tanggal 07 oktober 2022.
Pengkajian pada Ny.“U” ini dilakukan sejak bulan September 2022 Hasil
pemeriksaan yang diperoleh Ny.“U” dalam keadaan normal dan tidak ditemui adanya
komplikasi.
Dalam hal ini Ny.“U” melakukan pemeriksaan
sebanyak 7 kali selama kehamilan ini, dua kali pada trimester I, dua kali pada
trimester II, dan tiga kali pada trimester ke III. Maka dari itu tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik. Menurut IBI (2021) pemeriksaan kehamilan
minimal 6 kali selama kehamilan dan 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada
trimester 1 dan 3. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi
elemen pelayanan yaitu 10T dimulai dari penimbangan berat badan dan tinggi
badan, pengukur tekanan darah, pengukur lingkar lengan atas (LILA), pengukur
tinggi puncak rahim, penentuan persentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),
imunisai TT, Tablet tambah darah, pelayanan tes lab, tatalaksana kasus,
pelaksanaan temu wicara.
1.
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Berat
badan ibu hamil akan bertambah 6,5 sampai 16,5 selama hamil atau terjadi kenaikan
berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Dartiwen, 2019). Penambahan berat badan pada
Ny.”U” selama masa kehamilan adalah 12 kg. Pengukuran tinggi badan pada pertama
kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil.
Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya
Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) (IBI,2021). Tinggi badan Ny. “Y” adalah 154
cm. maka dari itu tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
2.
Ukur tekanan darah
Pengukuran
tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi (tekanan darah 140/90mmhg) pada kehamilan dan pre-eklampsia
(hipertensi disertai dengan edema pada wajah dan/atau tungkai bawah dan/atau
proteinuria). Tekanan darah Ny.”U” saat dilakukan pemeriksaan masih dalam batas
normal yaitu 110/70 mmHg ANC 1, dan ANC 2 120/80 mmHg. Maka dari itu tidak ada
kesengjangan antara teori dan praktik
3.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Jika
ukuran LILA ibu berkurang dari 23,5 cm di duga mengalami KEK. Ibu dengan KEK
dapat melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). (IBI, 2021). Pemeriksaan
LiLA pada Ny.”U ” ialah 24 cm. Maka dari itu tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik
4.
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
Pengukuran
tinggi fundus uteri pada setiap kunjungan antenatal bertujuan untuk mendeteksi
apakah pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan usia kehamilan. Standar
pengukuran menggunakan pita ukur setelah kehamilan > 20 minggu. Bila
ditemukan keadaan TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan, bidan dapat melakukan
rujukan atau penanganan gangguan pertumbuhan janin (IBI, 2021). Pada pengkajian
awal tanggal 10 september 2022, pada usia kehamilan 32 minggu TFU Pertengahan
pusat-px (30 cm). Hal ini sudah sesuai dengan TFU pada usia 36 minggu yaitu TFU
pertengahan pusat-px (32 cm). tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik
5.
Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Penilain DJJ dilakukan pada akhir trimester 1 dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Jika DJJ (<120 denyut/menit) atau DJJ cepat (>160
denyut/menit), maka menunjukan adanya gawat janin (Astuti, 2016) DJJ normal
antara 120-160 kali per menit (Permenkes, 2016). Pemeriksaan auskultasi pada
Ny. “U” didapatkan DJJ (+) dengan frekuensi 142x/menit bersifat kuat dan
teratur pada punggung janin yang teraba disebelah kiri perut ibu. Tidak ada
kesenjangan antara toei dan praktik.
6.
Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi Menurut Yuliani (2017), Imunisasi TT
untuk melindungi dari tetanus neonatorium, efek samping TT yaitu Nyeri,
kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan. Berdasarkan
skrining imunisasi pada Ny.”U” saat bayi balita masa sekolah ibu lupa apakah
dia sudah mendapatkan imunisasi TT atau belum pada saat itu. Pada saat akan
menikah Ny.”U” mendapatkan suntik TT pertamanya saat imunisasi TT caten, TT 2 1
bulan setelah TT caten dan TT 3 saat hamil 17 Minggu. Hal ini berarti status imunisasi
Ny.”U” yaitu hanya sampai TT 3 dengan masa perlindungan 5 tahun sehingga Ny.”U”
perlu di imunisasi TT 2 kali lagi yaitu TT 4 dan TT 5
7.
Pemberian tablet tambah darah
Selama
memeriksakan kehamilannya, Ny.“U” mendapatkan multivitamin (Bundavin) dan sudah
habis diminum. Hal ini sesuai dengan teori standar asuhan pelayanan kehamilan,
yaitu setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi)
asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak
pertama (IBI, 2021).
8.
Pelayanan tes laboratorium
Pelayanan
tes laboraturium, minimal tes hemoglobin darah (Hb), protein dalam urine.
Astuti (2016), menjelaskan dalam bukunya tentang hal tersebut, antara lain :
a. Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal satu kali pada trimester ke tiga.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut mengidap anemia
atau tidak selama kehamilanya, karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan. Hasil pemeriksaan HB adalah sebagai berikut:
-
11 gr/DL dikatakan normal
-
9-10 gr/DL dikatakan anemia ringan
-
7-8 gr/DL dikatakan anemia sedang
-
<7 gr/DL dikatakan anemia berat
b.
Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada
trimester ke 2 dan 3 atas indikasi pemeriksaan ini di tujukan untuk mengetahui
adanya protein urine merupakan salah satu indicator terjadinya pre-eklamsia pada
ibu hamil. Menurut Dartiwen Tahun 2019 pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui komplikasi adanya preeklamsia pada ibu hamil yang sering kali
menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera di antisipasi standar
kadar kkeruhan protein urine adalah:
-
Negatif : urine jernih
-
Positif 2 (++) : kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan
-
Positif 3 (+++) : urine lebih keruh endapan yang lebih
-
Positif 4 (++++) : urine sangat keruh dan disertai endapan
yang
-
Menggumpal
Berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium Ny.“U” yang dilakukan di RS Muhammadiyah Metro,
didapat kadar hemoglobin ibu 12,5 gr %. Berarti ibu dalam keadaan normal, dan
pemeriksaan protein urine negatif. Tidak ada kesenjangan antara teori dan
Praktik.
9.
Tatalaksana kasus
Berdasarkan
hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan (Astuti, 2016). Pada kasus ini, Ny. “U” tidak
ditemukan masalah lain yang perlu dirujuk karena ibu sudah selalu mendapatkan
KIE tentang kesehatan ibu dengan beristirahat yang cukup dan tidak bekerja yang
berat, asupan makanan yang cukup dengan pola gizi seimbang untuk proses tumbuh kembang
janin, perilaku hidup bersih dan sehat, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan
persiapan persalinan.
10. Pelaksanaan temu wicara
temu
wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, IBI (2021)
meliputi : kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suam dan
keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persainan, tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi
seimbang, ASI eksklusif, KB pasca persalinan. Pada asuhan kebidanan kehamilan
pada Ny. “U”, telah ditegakkan diagnosa yaitu G1P0A0 36 minggu, janin tunggal
hidup intrauterin, preskep. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memberitahu
hasil pemeriksaan, KIE colostrum belum keluar, imunisasi TT, di usia kehamilan
TM III, memberikan multivitamin Bundavin, mengingatkan tetap menjaga asupan
gizi seimbang mengingatkan tetap menjaga pola istirahat yang cukup,
mengingatkan ibu untuk olahraga ringan agar proses persalinan lancar,
memberitahu untuk menyiapkan perlengkapan persalinan, kendaraan, dan donor
darah, menjelaskan tentang tanda bahaya dalam kehamilan, menjelaskan tentang
tanda-tanda persalinan, menganjurkan melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
atau apabila ada keluhan, melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP. Dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny. “U” selama kehamilan di
praktik mandiri bidan Amrina, berdasarkan pelayanan 10 T penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.
B.
Asuhan Kebidanan Persalinan
1.
Kala I
Berdasarkan data subjektif pada kala I didapatkan hasil
tanggal 05 Oktober 2022 pukul 03.00 WIB, Ny. “U” datang ke Praktik Mandiri
Bidan Amrina Kota Metro mengatakan hamil 39 minggu anak ke-1 dengan keluhan
sakit pinggang dan mules-mules sejak 2 jam yang lalu yaitu pada pukul (01.00),
sudah keluar lendir sejak pukul 01.30 WIB, dan gerakan janin masih dirasakan.
Menurut (Indrayani, 2016), kala I adalah dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus atau dikenal dengan “his“ yang teratur dan
meningkat (baik frekuensi maupun kekuatannya) hingga serviks berdilatasi hingga
10 cm (pembukaan lengkap) atau kala pembukaan berlangsung dari mulai adanya
pembukaan sampai pembukaan lengkap. Kala I persalinan terdiri atas dua fase,
yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten dimulai dari adanya pembukaan
sampai pembukaan serviks mencapai 3 cm atau serviks membuka kurang dari 4 cm
dan fase aktif dari pembukaan servik 4 cm hingga pembukaan 10 cm/lengkap. Dari
teori di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Ny.”U” G1P0A0 39 minggu 5 hari
inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala.
Hal ini sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan.
Berdasarkan data objektif pemeriksaan umum dan pemeriksaan
fisik didapatkan ibu dan janin dalam keadaan baik, tanda-tanda vital ibu dalam
keadaan normal, His 3x10’35”, DJJ 145 x/menit, hasil pemeriksaan dalam portio
lunak, pendataran 85%, pembukaan 8 cm, ketuban utuh, presentasi kepala,
penunjuk UUK kiri depan, dan penurunan kepala di bidang Hodge III+. Kemudian
dilakukan pemeriksaan palpasi TFU pertengahan pusat-px (McD: 32 cm), sudah
masuk PAP 3/5. Melakukan observasi pada lembar partograf. Pada pukul 07:00 wib,
ketuban utuh, pada pukul 07:30 wib dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan telah
lengkap. Ketuban pecah spontan warna jernih, pencatatan pada partograf dimulai
dari fase aktif ketika pembukaan serviks 8 cm. Menilai dan mencatat DJJ,
kontraksi, nadi setiap 30 menit (lebih sering jika terjadi kontraksi); Nilai
dan catat tekanan darah setiap 4 jam (lebih sering jika diduga ada penyulit).
Nilai kemajuan persalinan setiap 4 jam atau jika terdapat indikasi. Hal ini
menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Gym Ball adalah bola
fisioterapi yang membantu ibu dalam tahap pertama persalinan dan dapat
digunakan dalam berbagai posisi. Elastisitas dan kelengkungan bola merangsang
reseptor di panggul, sehingga dengan menerapkan gravitasi sambil meningkatkan
pelepasan endorfin, gerakan duduk di atas bola dan batu memberikan perasaan
nyaman dan mendorong kemajuan persalinan. Penanggung jawab Mengeluarkan endorfin.
(Kurniawati et al., 2017).
Penggunaan gym ball membantu
mempercepat persalinan karena membantu panggul membuka, gym ball juga dapat
menambah aliran darah menuju rahim, plasenta, dan bayi. Mengurangi tekanan dan
menambah outlet panggul 30%. Membuat rasa nyaman di daerah lutut dan
pergelangan kaki. Memberikan tekanan balik di daerah perineum dan juga paha.
Melalui gaya gravitasi, birthball juga mendorong bayi untuk turun sehingga
proses persalinan menjadi lebih cepat. (Muthoharoh et al., 2019) Hasil penelitian
Zaky menunjukan ada hubungan antara pelaksanaan birth ball exercise terhadap
lamanya kala I (Zaky, 2016).
Tehnik gym ball dapat
membantu ibu bersalin untuk mempersingkat kemajuan persalinan di PMB Amrina
Kota Metro. Ibu bersalin mengatakan nyaman dan rileks dalam menghadapi
persalinan karena bantuan Gym ball sedikit mengurangi rasa nyeri pada saat
kontraksi. Semangat dan antusiasme ibu bersalin juga sangat membantu psikologis
ibu dalam mengolah rasa sakit dan menciptakan suasana yang positif bagi ibu sehingga
rahim dapat berkontraksi secara maksimal.
2.
Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir (indrayani, 2016) Berdasarkan data subjektif, tanggal 05
oktober 2022 pukul 07:30 WIB, ibu mengatakan keluar air banyak dari kemaluan
dan sakit perut yang menjalar ke pinggang teratur dan semakin kuat, ibu
mengatakan sakit perut seperti ingin BAB. Data objektif diperoleh hasil
pemeriksaan terdapat tanda dan gejala kala II yaitu adanya dorongan untuk
meneran, his semakin sering yang teratur, adanya pengeluaran lendir yang
bercampur dengan darah, dorongan untuk meneran, vulva membuka, dan perineum
menonjol. Tanda dan gejala kala II pada Ny. ”U” sesuai dengan teori yaitu ibu
merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi dorongan untuk meneran,
vulva vagina, spingter ani membuka, pengeluaran lender bercampur darah dan
perineum menonjol (Indrayani, 2016). Pemeriksaan dalam didapatkan hasil portio
tidak teraba, pendataran 100%, pembukaan lengkap, ketuban (-), presentasi
kepala, penunjuk UUK kiri depan, dan penurunan Hodge IV, his 4x10’45” dan DJJ 130
x/menit. Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah dikumpulkan, diagnosis
kebidanan yang dapat ditegakkan adalah Ny.U G1P1A0 Hamil 39 minggu 5 hari
inpartu kala II. Penatalaksanakan memberikan dukungan dan semangat, memberi minum,
menganjurkan untuk memilih posisi nyaman dalam persalinan seperti semi duduk,
duduk, jongkok, miring kiri/kanan mengajarkan cara meneran yang benar, menganjurkan
meneran jika ada kontraksi dan menganjurkan istirahat memberi minum apabila
kontraksi meredah, memimpin ibu meneran, setelah kepala nampak di vulva
melahirkan kepala, bahu, dan menelusuri badan sampai ke kaki. Pada pukul 08.35
WIB bayi lahir spontan dengan APGAR skor 8/9 jenis kelamin perempuan, berat
badan 3.200 gram, dan panjang badan 47 cm. Kemudian tidak langsung dilakukan
IMD.
Pada kala II, terdapat satu kesenjangan antara teori dan
praktik, yaitu saat bayi lahir tidak langsung dilakukan IMD dikarenakan bayi
mengalami asfiksia ringan. IMD dilakukan saat kodisi bayi (ttv) sudah stabil.
3.
Kala III
Menurut (shofia ilmiah, 2015) kala III merupakan tahap ketiga
persalinan dari berlangsungnya sejak bayi lahir hingga plasenta lahir,
persalinan kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban . Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan
pengeluaran plasenta dimulai dari setelah bayi lahir dan berakhirnya dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses tersebut biasanya memakan
waktu sekitar 5 – 30 menit setelah bayi lahir (Mutmainnah, Johan, & sortya
liyod, 2017).
Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta.
Pada vulva terdapat tali pusat, dan pada vagina pengeluaran darah tidak aktif,
dan dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda lepasnya plasenta,
melakukan Manajemen Aktif Kala III, suntik oksitosin 10 UI, melakukan
penegangan tali pusat terkendali, melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan
ringan dorsokranial pada fundus uteri (indrayani, 2016).
Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III yang meliputi
penyuntikkan oksitosin 10 IU dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, melakukan
penegangan tali pusat terkendali, melahirkan plasenta dilakukan dengan gerakan dorsokranial,
membantu lahirnya plasenta dengan memilin plasenta searah jarum jam massase
fundus uteri, dan memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik, mengecek
kelengkapan selaput dan kotiledon plasenta,Plasenta lahir lengkap pada pukul 08:45
WIB, serta mengevaluasi apakah ada laserasi jalan lahir. terdapat laserasi
jalan lahir derajat 1 (kulit perineum).
Dalam kasus Ny. “U”, plasenta lahir 10 menit setelah bayi
lahir. Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik
karena manajemen aktif kala III dilakukan sesuai dengan teori yaitu langkah
pertama, dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU, melakukan penegangan tali
pusat, dan massase uterus (Manuaba, 2014).
Menjelaskan kepada ibu bahwa akan dilakukan penjahitan luka
jalan lahir (ibu setuju dengan tindakan yang akan dilakukan), menyiapkan
heacting set (heacting set telah siap), melakukan penyuntikan lidocain pada
tempat luka sebelum menjahit luka, menjahit luka robekan, membersihkan tempat
bersalin ibu. Mengganti pakaian ibu dengan pakaian yang bersih. Merendam semua
alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, melakukan cuci
tangan.
4.
Kala IV
Kala
IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Pada pukul 02:00 WIB, ibu merasa lelah dan
perutnya masih terasa mules dan bahagia atas kelahiran bayinya. Pemeriksaan
objektif didapatkan tanda-tanda vital dalam keadaan normal, terdapat laserasi jalan
lahir derajat 2, jumlah darah keluar kurang lebih 100 cc, pemeriksaan TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik dengan uterus teraba keras. Penatalaksanaan
yang dilakukan adalah memberitahukan pada ibu bahwa persalinan sudah selesai,
memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi pendarahan pervaginam,
membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit didada ibu paling sedikit 30-60
menit mengajarkan pada ibu dan keluarga teknik massase uterus yaitu dengan mengusap
perut dengan gerakan memutar searah jarum jam sampai perut teraba keras.
Memeriksa keadaan umum, TTV, kandung kemih, pendarahan, kontraksi selama 2 jam
postpartum yaitu satu jam pertama 15 menit dan satu jam kedua 30 menit.
Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu memberikan ASI dan memberitahu
keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan yang diinginkannya Mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air mengalir Memakai sarung tangan Memeriksa kembali
bayi untuk memastikan bayi bernafas dengan baik serta suhu tubuh normal
Melakukan penimbangan, pengukuran memberi salep mata antibiotik profilaksis dan
vitamin K1 0,5 cc IM di paha kiri antero-lateral setelah satu jam kemudian
Melepaskan sarung tangan lalu mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir Memberikan terapi obat kepada ibu yaitu amoxilin 3x1, asam mefanamat
3x1, Vitamin B Com C 3x1 Memberikan vitamin A pad ibu untuk kebutuhan pemulihan
ibu dan nutrisi pada ASI Melengkapi partograf.
C.
Asuhan Kebidanan Bayi Baru
Lahir
Bayi Ny.”U” lahir secara spontan 6 jam yang lalu dalam
keadaan normal. Dengan keadaan umum baik, suhu 36,60C, pernapasan 50
x/menit, denyut jantung 140 x/menit, berat badan 3.200 gram, panjang badan 47
cm lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar lengan 11 cm, kulit kemerahan,
gerak aktif, bayi lahir tidak langsung menangis namun bisa langsung diatasi
dengan resusitasi (Haikal), refleks rooting sudah terbentuk dengan baik,
refleks sucking baik, refleks morro baik, refleks grasping baik, terdapat labia
mayora dan minora kiri dan kanan, anus positif berlubang, eliminasi baik
keluarnya mekonium dan berwarna hijau kehitaman. Dari pengkajian yang dilakukan
dapat ditegakan diagnosa bayi baru lahir spontan 6 jam. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan Ekayanti (2018) bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada
usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500
– 4000 gram. Pemberian injeksi Vitamin K dan salep mata pada bayi diberikan
pada jam pertama persalinan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa obat mata harus diberikan
pada jam pertama persalinan, dapat dalam bentuk salep atau tetesan dan semua
bayi baru lahir harus diberikan Vitamin K, Vitamin K injeksi 0,5-1 mg secara
intra muskuler untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi
Vitamin K pada bayi baru lahir (Saifuddin, 2016).
Kunjungan neonatal juga dilakukan bersamaan dengan kunjungan
nifas, yaitu pada 6 jam pertama, dan hari ke-6. Pada setiap kunjungan dilakukan
pemeriksaan fisik serta penimbangan berat badan dan pada saat pemeriksaan tidak
ditemukan keluhan atau masalah yang berarti hingga dapat diberikan penatalaksanaan
yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir, berdasarkan data yang didapat
dari anamnesa, pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik selama kunjungan pada By
Ny. “U” tidak ditemukan tanda bahaya pada bayi
D.
Asuhan Kebidanan Nifas
Menurut
(Asih, 2016) standar kunjungan pada masa nifas adalah melakukan
control/kunjungan masa nifas setidaknya 3 kali. Kunjungan pertama dilakukan
pada 6 jam setelah persalinan tanggal 05 Oktober 2022, ibu mengeluh bahwa
perutnya masih mules. Hal ini merupakan proses yang fisiologis, karena rasa
mules itu disebabkan oleh uterus yang berkontraksi sehingga proses involusio
uterinya berlangsung baik. Pada kunjungan ini juga dilakukan pemeriksaan fisik
ibu dengan hasil sebagai berikut: keadaan umum ibu baik, TD:110/70 mmHg, P: 82
x/menit, RR: 19 x/menit, T: 36,30C. Pada tindakan inspeksi
didapatkan hasil bahwa pada mata ibu tidak pucat, pada payudara pengeluaran
kolostrum (+), serta tidak ada tromboflebitis, pada genetalia ibu terdapat
pengeluaran lochea rubra. Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke-6 postpartum,
yaitu pada tanggal 11 oktober 2022. Dari hasil anamnesa ibu mengatakan bayinya
menyusu kuat. Dari hasil pemeriksaan didapatkan, TD: 110/70 mmHg, N: 80
x/menit, RR: 20 x/menit, T: 36,20C, keadaan muka tidak pucat, ASI
(+), tinggi fundus uteri pertengahan simfisis – pusat, pengeluaran locheanya
yaitu lochea sanguinolenta, pada ekstremitas tidak pucat dan tidak ada
tromboflebitis pada tungkai. Kunjungan ketiga dilakukan pada hari ke-14
postpartum, yaitu pada tanggal 19 oktober 2022. Dari hasil anamnesa ibu
mengatakan bayinya menyusu kuat. Dari hasil pemeriksaan didapatkan, TD: 120/70
mmHg, N: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, T: 36,40C, keadaan muka tidak
pucat, ASI (+), tinggi fundus uteri sudah tidak teraba lagi, pengeluaran
locheanya yaitu lochea sarosa, pada ekstremitas tidak pucat dan tidak ada
tromboflebitis pada tungkai. Pemeriksaan ini sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa pada 3 minggu terakhir postpartum tinggi fundus uteri adalah sudah tidak
teraba dan locheanya berwarna kuning keputihan, serta berlangsung dari hari
ke-9 sampai hari ke-28 postpartum yang dinamakan dengan lochea sarosa (Astuti, dkk,
2018), Pada pemeriksaan ini ibu tidak memiliki keluhan dan hasil pemeriksaan
ibu tidak memiliki masalah.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesuai dengan tujuan umum asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity of Care) terhadap Ny.U di PMB Amrina
Kota Metro yaitu
untuk meningkatkan deteksi dini terhadap komplikasi pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus, dan KB. Penulis melakukan asuhan
kebidanan sesuai dengan masalah dan diagnosa yang ditegakkan.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity of Care) pada kasus Ny.U tidak terdapat komplikasi
pada kehamilan, persalinan, nifas, maupun bayi. Asuhan sayang ibu yang
dilakukan sudah berdasarkan teori. Ibu mengakhiri kehamilannya dengan
persalinan spontan pervaginan, keadaan bayi normal dengan jenis kelamin Perempuan, berat badan 3200 gram,
dan panjang badan 47 cm dalam keadaan sehat, dan keadaan nifas ibu normal.
B. SARAN
1. Bagi Klien
Diharapkan klien
dapat benar-benar menerapkan anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
2. Bagi Lahan Praktek
Dapat meningkatkan pengetahuan dengan
menyesuaikan antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan
neonatus, terutama dalam mencegah kematian pada Ibu.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat
berguna sebagai bahan bacaan dan dapat menambah wawasan tentang asuhan
kebidanan.